Banyak dari kalangan umat Islam saat ini yang
meremehkan shalat berjamaah. Sebagian diantara mereka tidak mengetahui
hukum-hukum Sholat Berjama’ah karena memang kurangnya sumber Ilmu yang
terpercaya dan sebagian lagi karena tidak pernah peduli dengan ajaran
Islam itu sendiri.
Pada kesempatan kali ini, marilah kita yang belum mengetahui
perkara ini dengan sebab apapun untuk menundukkan hati kita, untuk
mempelajari Syariat Islam dengan baik dan benar serta diamalkan
sekuat daya upaya yang kita miliki.Tulisan
ini berusaha menjelaskan mengenai hukum-hukum tentang wajibnya shalat
berjama’ah, karena sekali lagi kita ingatkan diri kita bahwa sebenarnya
masalah ini adalah masalah yang teramat penting sebagaimana
masalah-masalah lainnya yang terdapat dalam web site ini. Wallahu A’lam
Alloh Subhanallohu wa Ta’ala banyak menyebut kata “shalat” dalam Al Qur’anul Karim. Ini menandakan begitu penting perkara ini. Alloh Subhanallohu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”(QS. Al Baqarah: 43)
Ayat mulia ini merupakan nash tentang kewajiban shalat berjamaah. Dan dalam surat An- Nisa’ Alloh Subhanallohu wa Ta’ala berfirman yang artinya: “Dan
apabila kamu berada ditengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari
mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemu-dian
apabila mereka (yang shalat besertamu) su-jud (telah menyempurnakan
serekat), maka hen-daklah mereka dari belakangmu (untuk meng-hadapi
musuh) dan hendaklah datang golongan kedua yang belum shalat, lalu
bershalatlah me-reka denganmu , dan hendaklah mereka bersiap siaga dan
menyandang senjata…” (QS. An Nisa’: 102)
Pada ayat diatas Alloh Subhanallohu wa Ta’ala mewajibkan shalat berjamaah bagi kaum muslimin dalam keadaan perang. Bagaimana bila dalam keadaan damai ?!. Telah disebutkan diatas bahwa “..dan hendaklah datang segolongan kedua yang belum shalat, lalu bershalatlah bersamamu…”.
Ini adalah dalil bahwa shalat berjamaah adalah fardhu ‘ain, bukan fardu
kifayah, ataupun sunnah. Jika hukumnya fardhu kifayah, pastilah gugur
kewajiban berjamaah bagi kelompok kedua karena penunaian kelompok
pertama. Dan jika hukumnya adalah sunnah, pastilah alasan yang paling
utama adalah karena takut.
Dan dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Seorang
laki-laki buta datang kepada Nabi dan berkata: “Wahai Rasulullah, aku
tidak mempunyai pe-nuntun yang akan menuntunku ke Masjid. ” Ma-ka dia
minta keringanan untuk shalat dirumah, maka diberi keringanan. Lalu ia
pergi, Beliau memanggilnya seraya berkata: “Apakah kamu mendengar adzan?
Ya, jawabnya. Nabi berkata:”Kalau begitu penuhilah (hadirilah)!” (HR. Muslim)
Didalam hadits ini Rasululloh shallallahu ‘alaihi wassallam
tidak memberikan keringanan kepada Abdullah bin Ummi Maktum radhiyallahu
‘anhu untuk shalat dirumahnya (tidak berjamaah) kendati ada alasan,
diantaranya:
Keadaan beliau buta.
Tidak adanya penuntun ke Masjid.
Jauh rumahnya dari Masjid.
Adanya pohon-pohon kurma dan lain-lain yang ada diantara rumah beliau dan Masjid.
Adanya binatang buas di Madinah.
Tua umurnya dan telah lemah tulang-tulang-nya.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wassallam telah bersabda, yang artinya:
“Aku berniat memerintahkan kaum muslimin untuk mendirikan shalat. Maka
aku perintahkan seorang untuk menjadi imam dan shalat bersama. Kemudian
aku berangkat dengan kaum muslimin yang membawa seikat kayu bakar menuju
orang-orang yang tidak mau ikut shalat berjamaah, dan aku bakar
rumah-rumah mereka.” (HR. Bukhari & Muslim)
Hadits diatas telah menjelaskan bahwa tekad Rasululloh shallallahu ‘alaihi wassallam
untuk membakar rumah-rumah disebabkan mereka tidak keluar untuk shalat
berjamaah di masjid. Dan masih banyak lagi hadits yang menerangkan
peringatan keras Rasulullah terhadap orang-orang yang tidak hadir ke
masjid untuk berjamaah bukan semata-mata karena mereka meninggalkan
shalat, bahkan mereka shalat di rumah-rumah mereka.
Ibnu Hajar berkata: “Hadits ini telah menerangkan bahwa shalat
berjamaah adalah fardhu ‘ain, karena kalau shalat berjamaah itu hanya
sunnah saja, Rasulullah tidak akan berbuat keras terhadap orang-orang
yang meninggalkannya, dan kalau fardhu kifayah pastilah telah cukup
dengan pekerjaan beliau dan yang bersama beliau.”
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Engkau
telah melihat kami, tidak sese-orang yang meninggalkan shalat berjamaah,
kecuali ia seorang munafik yang diketahui nifaknya atau seseorang yang
sakit, bahkan seorang yang sakitpun berjalan (dengan dipapah) antara dua
orang untuk mendatangi shalat (shalat berjamaah di masjid). “Beliau
menegaskan : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallam mengajarkan kita
jalan-jalan hidayah, dan salah satu jalan hidayah itu adalah shalat di
masjid (shalat yang diker-jakan di masjid).” (Shahih Muslim)
Ibnu Mas’ud juga mengatakan: “Barang siapa mau bertemu dengan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala di hari akhir nanti dalam keadaan MUSLIM, maka hendaklah memelihara semua shalat yang diserukan-Nya. Alloh Subhanallohu wa Ta’ala telah menetapkan jalan-jalan hidayah kepada para Nabi dan shalat termasuk salah satu jalan hidayah.
Jika kalian shalat dirumah maka kalian telah meninggalkan sunnah Nabi
kalian, dan kalian akan sesat. Setiap Lelaki yang bersuci dengan baik,
kemudian menuju masjid, maka Alloh Subhanallohu wa Ta’ala menulis
setiap langkahnya satu kebaikan, mengangkatnya satu derajat, dan
menghapus satu kejahatannya. Engkau telah melihat dikalangan kami, tidak
pernah ada yang meninggalkan shalat (berjamaah), kecuali orang munafik
yang sudah nyata nifaknya. Pernah ada seorang lelaki hadir dengan
dituntun antara dua orang untuk didirikan shaf.”
Ibnu Mas’ud, Abdullah bin Abbas dan Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Barangsiapa yang mendengar adzan kemudian dia tidak mendatanginya tanpa udzur, maka tidak ada shalat baginya.”
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum
berkata: “Tidak ada tetangga masjid kecuali shalat di masjid.” Ketika
ditanyakan kepada beliau: “Siapa tetangga masjid ?” Beliau menjawab:
“Siapa saja yang mendengar panggilan adzan.” Kemudian kata beliau:
“Barangsiapa mendengar panggilan adzan dan dia tidak mendatanginya maka
tidak ada shalat baginya, kecuali dia mempunyai udzur.
Meningggalkan shalat berjamaah merupakan salah satu penyebab untuk
meninggalkan shalat sama sekali. Dan perlu diketahui bahwa meninggalkan
shalat adalah kekufuran, dan ke-luar dari islam. Ini berdasar pada sabda
Nabi, yang artinya: “Batas antara seseorang dengan kekufuran dan syirik adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim). “Janji yang membatasi antara kita dan orang-orang kafir adalah shalat. Barang siapa meninggalkannya, maka ia kafir.”
Setiap muslim wajib memelihara shalat pada waktunya, mengerjakan shalat sesuai dengan yang disyariatkan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, dan mengerjakan secara berjamaah di rumah-rumah Alloh Subhanallohu wa Ta’ala. Setiap muslim wajib taat kepada Alloh Subhanallohu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, serta takut akan murka dan siksa Alloh Subhanallohu wa Ta’ala.
Setiap muslim wajib memelihara shalat pada waktunya, mengerjakan shalat sesuai dengan yang disyariatkan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala, dan mengerjakan secara berjamaah di rumah-rumah Alloh Subhanallohu wa Ta’ala. Setiap muslim wajib taat kepada Alloh Subhanallohu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, serta takut akan murka dan siksa Alloh Subhanallohu wa Ta’ala.
Tidak bisa dipungkiri shalat berjamaah mempunyai beberapa hikmah serta kemaslahatan. Hikmah yang tampak adalah:
-
-
-
Akan timbul diantara sesama muslim akan sa-ling
mengenal dan saling membantu dalam kebaikan, ketaqwaan, dan saling
berwasiat de-ngan kebenaran dan kesabaran.
-
Saling memberi dorongan kepada orang lain yang meninggalkannya, dan memberi penga-jaran kepada yang tidak tahu.
-
Menumbuhkan rasa tidak suka/membenci kemunafikan.
-
Memperlihatkan syiar-syiar Alloh Subhanallohu wa Ta’ala ditengah-tengah hamba-Nya.
-
Sarana dakwah lewat kata-kata dan perbuatan.
-
Akan timbul diantara sesama muslim akan sa-ling
mengenal dan saling membantu dalam kebaikan, ketaqwaan, dan saling
berwasiat de-ngan kebenaran dan kesabaran.
-
Hadits mengenai wajibnya shalat berjamaah dan kewajiban melaksanakannya di rumah Alloh Subhanallohu wa Ta’ala sangat
banyak Oleh karena itu setiap muslim wajib memperhatikan, dan bersegera
melaksanakannya. Juga wajib memberitahukan hal ini kepada anak-anaknya,
keluarga, tetangga, dan seluruh teman-teman seaqidah agar mereka
melaksanakan perintah Alloh Subhanallohu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan agar mereka takut terhadap larangan Alloh Subhanallohu wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan agar mereka menjauhkan diri dari sifat-sifat orang munafik yang tercela, diantaranya malas mengerjakan shalat
(Sumber Rujukan: Ahammiyatus Shalatil Jamaah, Syarah Muslim oleh Imam Nawawi, Tafsir lbnu Katsir)
0 komentar:
Posting Komentar