ANALISA
PENENTUAN ASAM-ASAM LEMAK
PADA SABUN DENGAN METODE EKSTRAKSI PELARUT
DAN
GC (GAS CHROMATOGRAPY)
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah:
Kimia Analisis Bahan Pangan dan Industri
Dosen
pengampu : Diana Candra Dewi, M.Si
OLEH:
HANGGA
CAKRABUANA S
07630026
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah
satu cara untuk membersihkan tubuh pada waktu mandi adalah dengan menggunakan
sabun mandi. Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak dan telah dikenal
secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah
tangga sebagai alat pembersih dan pencuci. Banyak sabun merupakan campuran
garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat diturunkan dari minyak
atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium
hidroksida) pada suhu 80 – 1000C melalui suatu proses yang dikenal
dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol
dan dan sabun mentah. (Anonimous, 2007).
Dilain pihak karena
begitu ketatnya persaingan bisnis penjualan sabun mandi, para produsen berusaha
menekan harga jual serendah mungkin dengan cara mengurangi biaya produksi
sehingga mengakibatkan kualitas terabaikan. Konsumen biasanya hanya tertarik
pada bentuk, warna dan aroma yang ditampilkan oleh sabun mandi kecantikan
tersebut serta harganya yang murah , sedangkan kualitas dan keamanan
pemakaiannya hampir terabaikan. Seperti diketahui proses dasar pembuatan sabun
adalah dengan cara menyabunkan suatu ester dengan alkali. Suatu sabun mandi
yang baik kualitas kadar alkali bebas jumlah yang masih tersisa tidak boleh
melebihi 0,05 %. Kelebihan jumlah kadar alkali dari batasan tersebut dapat menimbulkan
kerugian konsumen, berupa kerusakan kulit dan iritasi kulit lainnya. Kelebihan
alkali dapat dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih pada
proses pembuatan sabun.
Sabun mandi kecantikan
adalah suatu produk sabun untuk perawatan kecantikan kulit wajah dan tubuh
dengan formulasi yang sesuai untuk kulit. Memberikan zat – zat gizi dan nutrisi
yang sangat diperlukan kulit dan membantu memelihara kulit dengan
mempertahankan kelembaban kulit serta membantu pertumbuhan sel-sel baru jika
terjadi kerusakan sel kulit. Sabun mandi kesehatan adalah suatu formulasi sabun
yang dikategorikan sebagai anti dandruff dan pelindung kulit dan banyak
digunakan sebagai anti mikrobial dan sabun anti jerawat.
Alkali
dapat merusak kulit dari pada menghilangkan bahan berminyak dari kulit .
walaupun demikian dalam penggunaan sabun dengan air akan terjadi proses
hidrolis sehingga mendapatkan sabun yang baik maka diukur sifat alkalisnya
yakni pH 5,8-10,5. Pada kulit yang normal kemungkinan pengaruh alkali lebih
banyak. Beberapa penyakit kulit sensitif terhadap reaksi alkalis, dalam hal ini
pemakaian cairan sabun merupakan kontra indikasi. pH kulit normal antara 3-6,
tetapi bila dicuci dengan sabun pH menjadi 9, walaupun kulit cepat bertukar
kembali menjadi normal mungkin perobahan ini tidak diinginkan pada penyakit kulit
tertentu.
Parameter lain dalam penganalisaan sabun mandi
adalah kadar air dan kadar garam (NaCl). Kadar air menunjukkan banyaknya
kandungan air yang terdapat dalam suatu sabun. Menurut SNI (1994), kadar air
dalam sabun kecantikan maksimum 15 %. Bila kandungan air terlalu tinggi maka
mutu sabun yang dihasilkan akan lembek mudah larut dalam air. Kadar garam juga
sangat perlu diperhatikan dalam analisa sabun mandi ini, karena kadar garam
dapat pempengaruhi kualitas kulit pada pemakai sabun mandi. Kadar garam sabun
mandi tidak boleh melebihi 0,6 %. Kelebihan kadar garam juga dapat pempengaruhi
kesadahan air, sehingga sabun yang dipakai hanya menghasilkan sedikit busa dan
menghabiskan banyak sabun.(Annonimous, 2007)
Dari permasalahan
diatas maka penulis ingin menyelidiki kadar alkali bebas (NaOH), kadar air,
kadar asam lemak bebas dan kadar fenol yang terdapat didalam sabun mandi
kecantikan dan sabun mandi kesehatan dengan variasi empat suhu yang berbeda.
Sehingga konsumen sabun mandi kecantikan dan sabun mandi kesehatan mengetahui
informasi tentang kandungan yang terdapat dalam sabun mandi kecantikan dan
sabun mandi kesehatan tersebut.
1.1 Rumusan masalah
1. Apasajakah
senyawa yang terdapat dalam sabun?
2. Bagaimanakah
analisis senyawa yang terdapat dalam sabun ?
1.2 Tujuan
1. Mengetahui
senyawa yang terdapat dalam sabun.
2. Mengetahui
analisi senyawa yang terdapat dalam sabun.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Sabun
Sabun
adalah dari senyawa garam asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stereat C17H35COO-Na+.
Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkam dari kekuatan pengemulsian dan
kemampuan menurunkan teganggan permukaaan dari air. Konsep ini dapat dipahami
dengan pengingat kedua sifat dari anion sabun. Suatu gambaran dari stearat terdidi
dari ion karboksil sebagai “kepala” dengan hidrokarbon yang panjang sebagai
“ekor” (Rukaesih, 2004).
Sabun merupakan produk pembersih untuk kilit manusia. Seperti detergen,
sabun mempunyai gugus hidrofobik yang berinteraksi dengan minyak dan ujung anionik
yang larut air. Mekanisme
sabun mengangkat minyak/lemak dari benda adalah molekul sabun larut dalam air
dan ujung hidrofobik
mengepung molekul minyak sedangkan ujung anion terlarut dalam air menbentuk
misel sehingga minyak terlepas dari benda.
Garam natrium atau
kalium yang dihasilkan oleh asam lemak dapat larut dalam air dikenal sebagai
sabun. Sabun kalium disebut sabun lunak dan digunakan sebagai sabun untuk bayi.
Asam lemak yang digunakan untuk sabun umumnya adalah asam palmitat atau
stearat. Dalam industri, sabun tidak dibuat dari asam lemak tetapi langsung
dari minyak yang berasal dari tumbuhan. Minyak adalah ester asam lemak tidak
jenuh dengan gliserol. Melalui proses hidrogenasi dengan bantuan katalis Pt
atau Ni, asam lemak tidak jenuh diubah menjadi asam lemak jenuh, dan melalui
proses penyabunan dengan basa KOH dan NaOH akan terbentuk sabun dan gliserol
(poejiadi, 2007).
Minyak nabati seperti sawit merupakan bahan utama pembuat sabun. Minyak
hewani seperti lemak sapi dan babi juga sering dimanfaatkan untuk pembuatan
sabun.
Molekul sabun terdiri
atas rantai hidrokarbon dengan gugus
COO- pada ujungnya. Bagian hidrokarbon bersifat hidrofob
artinya tidak suka pada air atai tidak mudah larut dalm air, sedangkan
gugus COO- bersifat hidrofil, artinya suka akan air,
jadi dapat larut dalam air. Oleh karena adanya dua bagian itu, molekul sabun
tidak sepenuhnya larut dalam air, tetapi membentuk misel yaitu kumpulan rantai
hidrokarbon dengan ujung yang bersifat hidrofil dibgian luar (poejiadi, 2007).
Sementara itu SNI (1994) menjelaskan bahwa sabun
mandi merupakan pembersih yang dibuat dengan mereaksikan secara kimia antara basa
natrium atau basa kalium dan asam lemak yang berasal dari minyak nabati dan
atau lemak hewani yang umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan
digunakan untuk membersihkan tubuh manusia dan tidak membahayakan kesehatan.
Sabun tersebut dapat berwujud padat, lunak atau cair, berbusa dan digunakan
sebagai pembersih.
2.2.
Karakterisasi Sabun
Analisis
yang dilakukan pada sabun yang dihasilkan mengacu pada SNI (1994) yang lengkapnya
bisa dilihat pada Tabel 1 (Pradipto, 2009) :
Tabel
1. Syarat mutu sabun mandi
Jenis
Uji
|
Syarat
Mutu (%)
|
Kadar air dan
zat menguap pada 105° C, (b/b)
|
Maks 15
|
Jumlah asam
lemak, (b/b)
|
Min 70
|
Kadar fraksi
tak tersabunkan, (b/b)
|
Maks 2,5
|
Kadar bagian
tak larut dalam alkohol, (b/b)
|
Maks 2,5
|
Kadar alkali
bebas dihitung sebagai kadar NaOH, b/b)
|
Maks 0,1
|
Kadar minyak
mineral, (b/b)
|
Negatif
|
2.3. Senyawa dalam
sabun
Sabun yang telah berkembang
sejak zaman Mesir kuno berfungsi sebagai alat pembersih. Keberadaan sabun yang
hanya berfungsi sebagai alat pembersih dirasa kurang, mengingat pemasaran dan
permintaan masyarakat akan nilai lebih dari sabun mandi (Anonymous, 2009).
Oleh karena itu,
tidak ada salahnya jika dikembangkan lagi sabun mandi yang mempunyai nilai
lebih, seperti pelembut kulit, antioksidan, mencegah gatal-gatal dan pemutih
dengan penampilan (bentuk, aroma, warna) yang menarik. Perkembangan tersebut
disesuaikan dengan perkembangan zat- zat aditif yang telah ada. Selain itu,
perlu ditambahkan zat pengisi (filter) untuk menekan biaya supaya lebih murah (Anonymous, 2009).
Adanya perbedaan
komposisi pada lemak dan minyak menyebabkan sifat fisik berbeda dan hasil lemak
serta sabun berbeda pula. Untuk itu, perlu upaya mencoba pembuatan sabun dengan
penambahan zat aditif berupa TiO2 dan EDTA dengan bahan dasar minyak kemasan,
dibandingkan dengan campuran minyak kelapa dan minyak goreng gurah tanpa
kemasan dengan prosedur yang berbeda.
Minyak dan lemak
Pada dasarnya,
lemak dan minyak dihasilkan oleh alam yang bersumber dari hewan dan tanaman.
Sedangkan berdasarkan pada sumbernya, minyak dan lemak dapat diklasifikasikan
atas hewan (minyak hewani) dan tumbuhan (minyak nabati). Perbedaan mendasar
daripada lemak hewani dan lemak nabati adalah:
1) lemak hewani mengandung
kolesterol, sedangkan lemak nabati
mengandung fitosterol,
2) kadar lemak jenuh dalam lemak
hewani lebih kecil daripada lemak
nabati, dan
3) lemak hewani mempunyai bilangan
Reicher-Meiss lebih besar dan bilangan
Ada beberapa
sifat fisik dari minyak dan lemak yang dapat dilihat dari minyak dan lemak,
antara lain: warna, bau amis, odor dan flavor, kelarutan, titik cair dan
polymerism, titik didih, splitting point, titik lunak, shot melting point,
berat jenis, indeks bias dan kekeruhan.
Zat warna
dibedakan menjadi dua, yaitu warna alamiah dan warna akibat oksidasi dan
degradasi komponen kimia yang terdapat dalam minyak. Zat warna alamiah terdapat
secara alamiah dalam bahan yang mengandung minyak dan ikut terekstraksi bersama
minyak bersama dalam proses ekstraksi. Zat warna tersebut antara lain alfa dan
beta karoten, xanthofil dan anthosianin. Zat warna ini menyebabkan
minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan, kehijau-hijauan dan kemerah-merahan.
2.3.1. Asam lemak
Asam lemak bersama-sama
dengan gliserol, merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan
merupakan bahan baku untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah
dijumpai dalam minyak masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan
nilai gizinya. Secara alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang
terhidrolisis) maupun terikat sebagai gliserida (cahyono, 2009).
2.3.2. Karakteristik
Perbandingan model asam stearat (C18:0, atas), asam oleat (C18:1,
tengah), dan asam α-linolenat (C18:3, bawah). Posisicis pada ikatan rangkap dua
mengakibatkan melengkungnya rantai dan mengubah perilaku fisik dan kimiawi
ketiga asam lemak ini. Pelengkungan tidak terjadi secara nyata pada ikatan rangkap
dengan posisitrans.
Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat
berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Karena berguna dalam mengenal
ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom
karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu
ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya. Asam lemak merupakan asam
lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat
pada suhu ruang (27° Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin
mudah membeku dan juga semakin sukar larut (Cahyono, 2009).
2.4. Jenis-Jenis Sabun
Berdasarkan jenis basa yang digunakan, sabun dibedakan menjadi dua yaitu
sabun Natrium dikenal dengan sabun keras dan sabun kalium yaitu sabun lunak.
Pembuatan sabun natrium
apabila basa yang digunakan adalah NaOH. Setelah asam lemak dididihkan dalam
NaOH akan terbentuk endapan garam Na-stearat seperti lilin yang terpisah dari
larutan. Apabila ditambahkan NaCl jenuh, padatan Na-stearat akan mengapung dan
dimurnikan (Dewi, 2010).
Gambar
1. Macam-Macam Sabun Berbahan Dasar Alami
Sumber(Utomo,2008)
Nilai tambah produk sabun bukan hanya daya bersihnya terhadap minyak
namun juga fungsi lain yaitu fragrance, antiseptik, pelembab dan sebagainya.
Produsen memberikan tambahan nilai pada produk sabun sehingga sabun bernilai
jual tinggi pula (Dewi, 2010).
2.4. Fungsi Senyawa
Dalam Sabun
2.4.1. Cara Menegatasi
Kulitas Sabun Dalam Air keras
Penyimpanan akan mempengaruhi bau dan warna sabun. Salah satu kelemahan
sabun adalah pada air keras sabun akan mengendap sebagai lard. Air keras adalah
air yang mengandung ion Mg2+, Ca2+, dan Fe2+. Namun kelemahan ini bisa diatasi dengan menambahkan ion fosfat atau
karbonat sehingga ion-ion ini akan mengikat Ca dan Mg pembentuk garam. Untuk
memperoleh sabun yang berfungsi khusus, perlu ditambahkan zat aditif, antara
lain: asam lemak bebas, gliserol, pewarna, aroma, pengkelat dan antioksidan,
penghalus, serta aditif kulit (skin aditif).
2.4.2. Titanium dioksida (TiO2)
Titanium
dioksida (TiO2) ditambahkan ke dalam sabun berfungsi sebagai pemutih sabun dan
kulit. Pada konsentrasi kecil (0,8) TiO2 ada dalam tiga bentuk
kristal: anatase, brookite, dan rutile. Biasanya diperoleh secara sintetik.
Rutile adalah bentuk yang stabil terhadap perubahan suhu apabila diperoleh
secara luas sebagai monokristal yang transparan. Titanium dioksida digunakan
dalam elektrolit, plastik dan industri keramik karena sifat listriknya. Selain
itu, ia sangat stabil terhadap perubahan suhu dan resisten terhadap serangan
kimia. Ia tereduksi sebagian oleh hydrogen dan karbon monoksida. Pada 20000 dan
vakum, ia tereduksi oleh karbon membentuk titanium karbida. Jika ada agen
pereduksi, ia akan terklorinasi.
2.4.3. EDTA
EDTA ditambahkan
dalam sabun untuk membentuk kompleks (pengkelat) ion besi yang
mengkatalis proses degradasi oksidatif. Degradasi oksidatif akan memutuskan ikatan rangkap
pada asam lemak membentuk rantai lebih pendek, aldehid dan keton yang berbau
tidak enak. EDTA adalah reagen yang bagus, selain membentuk kelat dengan semua
kation, kelat ini juga cukup stabil untuk metode titrimetil. Untuk titrasi ini,
Reilley dan Barnard menemukan 200 senyawa organik sebagai logam dalam titrasi
berwarna dengan ion logam yang range konsentrasi pM. Kompleksnya juga berwarna
intensif dan dapat dilihat mata pada konsentrasi 10-6 – 10-7 M.
2.5. Analisa Senyawa Pada sabun
2.5.1
Gravimetri
Terdapat beberapa produk detergen sesuai dengan
keperluannya : sabun dalam bentuk cair
biasanya mempunyai kadar air
tinggi. Sabun dalam bentuk padat/batangan juga mempunyai kadar air
rendah. Analisis
kadar air dalam detergen tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode
gravimetri yaitu dengan penimbangan yang teliti. Prosedur dalam analisis ini
adalah: ditimbang krus
porselen sampai berat konstan dengan menggunakan neraca analitik, kemudian timbang dengan teliti sampel sabun
menggunakan alat yang sama. Sampel yang terdapat dalam cawan porselen dikeringkan dalam oven 100 oC dalam krus selama 1 jam.
Untuk memaksimalkan penghilangan uap air dalam sampel selama proses penguapan
sebelumnya maka, sampel didinginkan
dan dikeringkan dalam desikator selama 30 menit,
selanjutnya sampel ditimbang
dengan
teliti sampai berat konstan
(perbedaan kurang dari 0,2 mg). Perbedaan berat sampel mula-mula dengan sampel yang
telah kering merupakan
berat air yang menguap.
2.5.2. Analisa Alkali Bebas
Analisis alkali bebas dalam sabun dilakukan dengan
reaksi asam basa biasa. Sabun merupakan Garam karboksilat yang dibebaskan dari
sisa basa. Secara kualitaitif alkali bebas diketahui dengan cara mengiris sabun
dan menetesi dengan indikator pp. Jika terjadi warna merah, masih ada alkali
sisa. Uji alkali bebas secara kuantitatif adalah melarutkan sabun dalam etanol
dan ditambahkan asam berlebih. Sisa asam dititrasi dengan larutan basa standar.
2.5.3.
Analisa Fenol
Analisis fenol dalam sabun dilakukan dengan cara
melarutkan sabun dalam air kemudian didestilasi untuk memebebaskan fenol. Fenol
ditangkap dalam destilat oleh bromida-bromat dan terbentuk fenol terhalogenasi.
Sisa bromida-bromat dititrasi dengan larutan thiosulfat. Fenol dalam sabun
dapat merupakan bahan ikutan atau sengaja ditambahkan.
2.5.4. Analisa Asam Lemak
Analisis asam lemak dilakukan dengan cara
mengisolasi dan mengekstraksi asam lemak dari larutan sabun dalam eter atau
kloroform kemudian diekstrak kembali dalam etanol dan dititrasi dengan basa.
Ekstrak asam lemak dapat pula ditentukan dengan GC untuk analisis kualitaitf
asam lemak dan kuantitatif secara lebih rinci.
BAB III
METEDOLOGI
3.1. Alat
Alat yang digunakan untuk anlisa
asam lemak pada sabun yaitu corong pisah, GC, pipet tetes, pipet ukur, labu
takar 500 mL, beaker glass, kaca arloji, neraca analitik dan erlenmeyer.
3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penentuan
asam lemak pada sabun yaitu indikator pp, dietil eter, n-heksana, metanol, NaCl
jenuh, sabun dan NaOH 0,01 N.
3.3. Prosedur Kerja
Langkah pertama sanbun ditimbang beberapa gram
kemudian dipotong-potong kecil dan dilarutkan dengan aquades 400 mL. Larutan
ditambahkan dengan 1-3 tetes phenoftalein. Setelah itu dipanaskan hingga
mendidih. Ketika mendidih pemanasan dihentikan dan larutan didinginkan pada
suhu ruang. Hasilnya diencerkan dalam labu takar 500 mL. Hasil pengenceran
dipipet dan dimasukan dalam coronng pisah dan ditambahkan dengan 10 mL n-
heksana atau dietil eter dan dikocok sampai tercampur semua. Setelah itu
ditambahkan NaCl jenuh dan dikocok selama 10-15 menit. Setelah gas dalam corong
pisah kelur semua denga pengocokan selama 10-15 menit, larutan dibiarkan.
Terbentuk lapisan n-heksana dalam corong pisah. Lapisan n-heksan ditambah 10 mL
air dan 2 tetes indikator pp dan dikocok kembali. Kemudian ditambahkan 20 mL
metanol pada lapisan n-heksana dikocok beberapa menit, kemudian dibiarkan.
Laporan metanol dipisahkan dan dimasukan dalam erlenmeyer dan ditambahkan
beberapa tetes indikator pp dan dititrasi dengan NaOH 0,01 N.
BAB 1V
PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pengamatan
0,5 gram sabun yang telah dipotong-potong
ditambahkan 400 ml air suling terbentuk larutan sabun. Larutan sabun
ditambahkan 1-3 tetes indkator pp larutan menjadi merah muda Larutan dipanaskan hingga hampir memndidih
dan didinginkan. Kemudian dinecerkan hingga 500 ml air dalam labu takar. Diambil 20 ml dan dimasukan dalam corong
pisah + 10 ml dietil eter kemudian dikocok dan terbentuk emulsi sehingga
ditambahkan 10 ml larutan NaCl jenuh, dikocok dan dibiarkan beberapa menit
sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas merupakan dan lapisan bawah
merupakan lapisan dietil eter.Lapisan dietil eter + 10 ml air dan 2 tetes
indikator pp kemudian di kocok sehingga terbentuk dua lapisan yaitu lapisan
dietil eter dan lapisan bawah merupakan. Dan lapisan air ini dikeluarkan
sehingga yang tersisa hanya dietil eter
Lapisan dietil eter + 20 ml metanol lalu dikocok dan dibiarkan beberapa
menit sehingga terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah dipisahkan dari lapisan
atas. Lapisan metanol dimasukan dalam erlenmeyer 150 ml dan 2 tetes indikator
pp lalu dititrasi dengan NaOH
4.2. Pembahasan
Partisi
zat terlarut dalam dua pelarut yang tidak bercampur ditentukan oleh hukum
distribusi. Jika solut A terdistribusi dalam suatu fase dan organik, maka
kesetimbangan yang dihasilkan dapat ditulis sebagai :
Aaq Aor
Dimana aq dan or merupakan fase cair dan fase organik.
0,5 gram sabun yang telah dipotong-potong ditambahkan 400 ml air
suling terbentuk larutan sabun. Larutan sabun ditambahkan 1-3 tetes indkator pp
larutan menjadi merah muda. Perubahan warna diakibatkan dari penambahan
indikator pada larutan sabun. Larutan dipanaskan hingga hampir memndidih.
Didinginkan. Diencerkan hingga 500 ml air dalam labu takar. Diambil 20 ml dan
dimasukan dalam corong pisah + 10 ml dietil eter kemudian dikocok dan terbentuk
emulsi. Emulsi terjadi sebagai akibat dari pencampuran zat cair dengan zat cair
dan untuk menghilangkan emulsi tersebut sehingga ditambahkan 10 ml larutan NaCl
jenuh yang akan mengikat emulsi, dikocok dan dibiarkan beberapa menit sehingga
terbentuk dua lapisan. Lapisan atas merupakan residu atau sisa larutan sabun
dan lapisan bawah merupakan lapisan dietil eter dimana larutan di etil eter
mempunyai massa jenis yang lebih besar bila dibandingkan dengan larutan sabun
sehingga dietil eter berada dibawah. Lapisan dietil eter + 10 ml air dan 2
tetes indikator pp kemudian di kocok sehingga terbentuk dua lapisan yaitu
lapisan dietil eter dan lapisan bawah merupakan air. Dan lapisan air ini
dikeluarkan sehingga yang tersisa hanya dietil eter. Lapisan dietil eter + 20
ml metanol lalu dikocok dan dibiarkan beberapa menit sehingga terbentuk dua
lapisan. Lapisan bawah dipisahkan dari lapisan atas. Lapisan metanol dimasukan
dalam erlenmeyer 150 ml dan 2 tetes indikator pp lalu dititrasi dengan NaOH
0,01 N volume NaOH yang dipakai pada saat penitrasi adalah 0,5 mL.
Proses
analisa asam-asam lemak pada sabun dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut
merupakan metode yang tepat untuk analiasa kuulitatif. Karena asam-asam lemak
pada sabun memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut seperti n-heksana,
dietil eter dan metanol. Pelarut-pelarut ini merupakan pelarut yang biasanya
digunakan untuk golongan lemak. Asam lemak merupakan hasil hidrolisis senyawa
lemak dengan suatu basa yang akan menghasilkan suatu asam lemak dan gliserol.
Dengan pemisahan dengan corong pisah asam-asam lemak pada sabun seperti asam
sterat dan palpmitat akan terpisah pada pelarut yang berbeda yang tidak saling
bercampur. Untuk mengambil ekstrak digunakan
etanol dan hasil ekstrak akan dititrasi dengan NaOH untuk mengetahui berapa
kadar asam lemak dalam ekstrak.
Analisa
asam lemak juga dapat dianalisa dengan menggunakan GC, untuk analisis asam
lemak secara kualitatif dan kuantitatif. Metode ini harus menggunakan proses
esterifikasi sehingga asam lemak bisa lebih volatil sehingga analisa Gc dapat
digunakan. Dengan membandingkan kromatogram dari GC dengan standard maka dapat
diketahui jenis asam lemak pada sabun dan dengan menggunakan lebar alas kromatogram
dapat diketahui kadar dari asam lemak yang digunakan pada sabun. Hal yang perlu
diperhatikan dalam analisa GC yaitu sampel yang digunakan harus volatil, jenis
kolom dan fase gerak juga suhu kolom yang digunakan agar prose elusi menjadi
baik.
Dari kedua metode ini memiliki
kelebihan masing-masing. Jika menggunakan
ih rinci GC akan didpatkan hasil yang lebih rinci tetapi perlakuan
sampel lebih brumit karena harus menggunakan prose esterifikasi. Tetapi untuk Metode
Ekstraksi menggunakan pelarut lebih sederhana dan mudah. Tetapi dengan GC akan
didapatkan hasil yang lebih rinci dan baik.
BAB V
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan jenis
basa yang digunakan, sabun dibedakan menjadi dua yaitu sabun Natrium (menggunakan bahan dasar NaOH) dikenal dengan sabun keras dan sabun kalium (menggunakan bahan dasar KOH) yaitu sabun lunak. Untuk memperoleh sabun yang berfungsi khusus,
perlu ditambahkan zat aditif, antara lain: asam lemak bebas, gliserol, pewarna,
aroma, pengkelat dan antioksidan, penghalus, serta aditif kulit (skin aditif). Zat pemutih misalnya Titanium
dioksida (TiO2) ditambahkan ke dalam sabun berfungsi sebagai pemutih
sabun dan kulit. Zat pengkelat berupa
EDTA.
Metode yang digunakan dalam analisis kadar air dalam sabun dapat dilakukan
dengan metode gravimetri. Analisis alkali bebas dalam
sabun dilakukan dengan reaksi asam basa biasa.. Analisis fenol dalam sabun
dilakukan dengan cara menangkap fenol dalam destilat oleh bromida-bromat dan terbentuk fenol
terhalogenasi. Sisa bromida-bromat dititrasi dengan larutan thiosulfat. Analisis
asam lemak dilakukan dengan cara mengisolasi dan mengekstraksi serta dapat ditentukan
dengan GC untuk analisis kualitaitf asam lemak dan kuantitatif secara lebih
rinci.
3.2 Saran
Dalam menyusun makalah ini penulis menyadari adanya kesalahan-kesalahan
dalam penulisan. Oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif demi peningkatan kualitas makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2009. http://www.clubsupernova.com. Perbedaan
Sabun Mandi Herbal Dan Sabun Mandi Biasa. Diakses tanggal 12 juni 2010
Anonymous, 2009. http://soapmakersdiary.wordpress.com.
Definisi Sabun. Diakses tanggal 12
Juni 2010
Cahyono, E. 2009. http://www.scribd.com/doc/30328787/Pemisahan-Dan-Penentuan-Kadar-Asam-Lemak-Dari-Sabun-Dengan-Menggunakan-Ektraksi-Pelarut. diakses tanggal 24 juni 2010
Dewi, D.C. 2010. Produk Pembersih Rumah Tangga.
Poedjiaji, A., Supriyanti, F.M.T. 2007. Dasar-dasar Biokimia Edisi Revisi.
Jakarta: Universitas Indonesia (UI) Press
Pradipto, M. 2009. Pemanfaatan Minyak Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.) Sebagai Sabun Mandi. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas pertanian
Institut Tekhnologi Pertanian Bogor
Rukaesih, 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta : C.V Andi
Offset
Utomo, D.D. 2008. http://3bp.blogspot.com. Macam-Macam Sabun Berbahan Alami. Diakses tanggal 12 juni 2010
0 komentar:
Posting Komentar