Kosmetika sudah dikenal manusia sejak
berabad-abad yang lalu, dan baru abad ke 19 mendapat perhatian khusus, yaitu
selain untuk kecantikan juga mempunyai fungsi untuk kesehatan.
Perkembangan ilmu kosmetik serta
industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik
menjadi salah satu bagian dari dunia usaha.
Dewasa ini, teknologi kosmetik begitu
maju dan merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmacuetical) atau
dikenal dengan istilah kosmetik medik (cosmeceuticals ).
Kosmetik berasal dari kata Yunani ‘kosmetikos’ yang mempunyai arti keterampilan menghias atau mengatur. Pengertian kosmetik dalam Peraturan Menkes RI no 445 tahun 1998 dijelaskan sebagai berikut
Kosmetik berasal dari kata Yunani ‘kosmetikos’ yang mempunyai arti keterampilan menghias atau mengatur. Pengertian kosmetik dalam Peraturan Menkes RI no 445 tahun 1998 dijelaskan sebagai berikut
Kosmetika adalah bahan
atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau
disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan
manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik memperbaiki bau badan
tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.
(Depkes RI, Undang-undang tentang Kosmetika dan Alat Kesehatan, 1976)
Dalam definisi kosmetik tersebut, terdapat kalimat ‘tidak dimaksud kan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit’, pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa penggunaan kosmetika tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi struktur dan faal kulit.
Dalam definisi kosmetik tersebut, terdapat kalimat ‘tidak dimaksud kan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit’, pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa penggunaan kosmetika tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi struktur dan faal kulit.
Pada tahun 1955, Lubowe
menciptakan istilah Cosmedics sebagai gabungan dari kosmetik dan obat yang
sifatnya dapat mempengaruhi faal kulit secara positif tetapi bukan obat, dan
pada tahun 1982, Faust mengemukakan istilah medicated cosmetics, yakni semacam
kosmetik yang juga bermanfaat untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan
kulit, seperti preparat anti ketombe, deodorant, preparat antipespirant,
preparat untuk mempengaruhi warna kulit, dan preparat antijerawat.
Tujuan utama penggunaan
kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan
daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang,
melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan
faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum membantu
seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
Produk kosmetik diperlukan tidak hanya oleh kaum wanita tetapi juga oleh kaum pria sejak lahir sampai akhir hayat. Produk kosmetik dapat digunakan setiap hari maupun secara insidental atau berkala dan dipakai di seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Produk kosmetik diperlukan tidak hanya oleh kaum wanita tetapi juga oleh kaum pria sejak lahir sampai akhir hayat. Produk kosmetik dapat digunakan setiap hari maupun secara insidental atau berkala dan dipakai di seluruh tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Tidak semua bahan
kosmetika cocok untuk setiap kondisi kulit, jika terjadi ketidakcocokan, akan
timbul iritasi pada kulit. Oleh karena itu, perhatikan kandungan bahan kimia
yang tercantum di kemasan tiap-tiap produk. Dasar kosmetika biasanya terdiri
dari bermacam-macam bahan dasar, bahan aktif dan bahan pelengkap.
Bahan-bahan tersebut
mempunyai aneka fungsi antara lain sebagai solvent (pelarut), emulsier
(pencampur), pengawet, adhesive (pelekat), pengencang, absortent (penyerap) dan
desinfektan.
Pada umumnya 95 % dari
kandungan kosmetika adalah bahan
dasar dan 5 % bahan aktif atau kadang-kadang tidak mengandung bahan aktif. Hal
ini mengandung arti bahwa kosmetika, sifat dan efeknya tidak ditentukan oleh
bahan aktif tetapi terutama oleh bahan dasar kosmetika tersebut. Bahan dasar
kosmetika dikelompokkan sebagai berikut :
1. Solvent (Pelarut)
Solvent atau pelarut adalah bahan yang berfungsi sebagai zat pelarut seperti air, alkohol, eter, dan minyak. Bahan yang dilarutkan dalam zat pelarut terdiri atas 3 bentuk yaitu padat misalnya garam, cair misalnya gliserin dan gas misalnya amoniak.
2. Emulsier (Pencampur)
Emulsier merupakan bahan yang memungkinkan dua zat yang berbeda jenis dapat menyatu, misalnya lemak atau minyak dengan air menjadi satu campuran merata (homogen). Emulgator, umumnya memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan antara dua cairan (surfactant). Contoh emulgator yaitu lilin lebah, lanolin, alkohol atau ester asam-asam lemak.
3. Preservative (Pengawet)
Bahan pengawet digunakan untuk meniadakan pengaruh kumankuman terhadap kosmetika, sehingga kosmetika tetap stabil tidak cepat kadaluwarsa. Bahan pengawet yang aman digunakan biasanya yang bersifat alami. Bahan pengawet untuk kosmetika dapat menggunakan senyawa asam benzoat, alkohol, formaldehida dan lain lain. Jenis pengawet kimia efeknya pada kulit seringkali tidak baik. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan, penggunaan kosmetik sebaiknya dicoba dulu misalnya pada kulit di belakang telinga. Kosmetika yang sudah kadaluwarsa sebaiknya tidak digunakan lagi.
4. Adhesive (Pelekat)
Bahan yang biasanya terdapat dalam kosmetika seperti bedak, dengan maksud agar bedak dapat dengan mudah melekat pada kulit dan tidak mudah lepas. Bahan pelakat dalam bedak antara lain menggunakan seng stearat dan magnesium stearat.
5. Astringent (Pengencang)
Merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk mengerutkan dan menciutkan jaringan kulit. Bahan pengencang biasanya menggunakan zat-zat yang bersifat asam lemah dalam kadar rendah, alkohol dan zat-zat khusus lainnya.
6. Absortent (Penyerap).
Bahan penyerap mempunyai daya mengabsorbsi cairan, misalnya
kalsium karbonat dalam bedak yang dapat menyerap keringat di
wajah.
7. Desinfektan
Desinfektan berguna untuk melindungi kulit dan bagian-bagian tubuh lain terhadap pengaruh-pengaruh mikroorganisme. Desinfektan dalam kosmetika sering menggunakan ethyl alkohol, propilalkohol, asam borat, fenol dan senyawa-senyawa amonium kuaterner
1. Solvent (Pelarut)
Solvent atau pelarut adalah bahan yang berfungsi sebagai zat pelarut seperti air, alkohol, eter, dan minyak. Bahan yang dilarutkan dalam zat pelarut terdiri atas 3 bentuk yaitu padat misalnya garam, cair misalnya gliserin dan gas misalnya amoniak.
2. Emulsier (Pencampur)
Emulsier merupakan bahan yang memungkinkan dua zat yang berbeda jenis dapat menyatu, misalnya lemak atau minyak dengan air menjadi satu campuran merata (homogen). Emulgator, umumnya memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan antara dua cairan (surfactant). Contoh emulgator yaitu lilin lebah, lanolin, alkohol atau ester asam-asam lemak.
3. Preservative (Pengawet)
Bahan pengawet digunakan untuk meniadakan pengaruh kumankuman terhadap kosmetika, sehingga kosmetika tetap stabil tidak cepat kadaluwarsa. Bahan pengawet yang aman digunakan biasanya yang bersifat alami. Bahan pengawet untuk kosmetika dapat menggunakan senyawa asam benzoat, alkohol, formaldehida dan lain lain. Jenis pengawet kimia efeknya pada kulit seringkali tidak baik. Untuk mengetahui efek yang ditimbulkan, penggunaan kosmetik sebaiknya dicoba dulu misalnya pada kulit di belakang telinga. Kosmetika yang sudah kadaluwarsa sebaiknya tidak digunakan lagi.
4. Adhesive (Pelekat)
Bahan yang biasanya terdapat dalam kosmetika seperti bedak, dengan maksud agar bedak dapat dengan mudah melekat pada kulit dan tidak mudah lepas. Bahan pelakat dalam bedak antara lain menggunakan seng stearat dan magnesium stearat.
5. Astringent (Pengencang)
Merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk mengerutkan dan menciutkan jaringan kulit. Bahan pengencang biasanya menggunakan zat-zat yang bersifat asam lemah dalam kadar rendah, alkohol dan zat-zat khusus lainnya.
6. Absortent (Penyerap).
Bahan penyerap mempunyai daya mengabsorbsi cairan, misalnya
kalsium karbonat dalam bedak yang dapat menyerap keringat di
wajah.
7. Desinfektan
Desinfektan berguna untuk melindungi kulit dan bagian-bagian tubuh lain terhadap pengaruh-pengaruh mikroorganisme. Desinfektan dalam kosmetika sering menggunakan ethyl alkohol, propilalkohol, asam borat, fenol dan senyawa-senyawa amonium kuaterner
8. Pewarna : digunakan
untuk menambah nilai estetik dan berfungsi dekoratif. Terdapat pada produk
lipstick, eyeshadow, bedak dll
9. Pewangi : sebagian
berupa senyawa ester sintetik yang ditambahkan untuk meningkatkan nilai jual.
Beberapa pewangi bersifat aroma terapi dan mempengaruhi mood seseorang
Bahan dasar yang paling
banyak digunakan dalam kosmetika adalah lemak, air, alkohol dan serbuk.
Lemak sebagai bahan
dasar kosmetika berfungsi untuk :
1. Lemak dapat membentuk lapisan tipis di permukaan kulit sehingga berfungsi sebagai pelindung (ptotective film) yang berguna untukmenghalangi terjadinya penguapan air sehingga mencegah terjadinyakekeringan pada kulit.
2. Lemak memiliki sifat pembasah (wetting effect) bagi keratin, sehingga dapat berguna untuk pemeliharaan elastisitas kulit dan mempertahankan kulit agar tetap lembut dan halus.
3. Lemak dapat melarutkan kotoran-kotoran seperti sisa-sisa make-up, oleh sebab itu baik digunakan dalam preparat pembersih.
4. Jenis lemak tertentu seperti lemak hewani, nabati dan malam mudah diabsorpsi oleh kulit, sehingga merupakan bahan dasar yang baik untuk bahan-bahan aktif masuk ke dalam kulit.
6. Lemak hewani dan lemak nabati tertentu mengandung bahan aktifseperti vitamin, hormon, dan lestin yang bermanfaat bagi kulit.
Air dapat diserap oleh kulit, tetapi daya penetrasi (daya serap) air dan bahan-bahan yang larut dalam air lebih rendah dibandingkan dengan lemak dan bahan-bahan yang larut dalam lemak. Daya penetrasi bahan-bahan yang larut dalam air, tergantung pada kandungan air (water content) stratum corneum, oleh sebab itu air bukan bahan dasar yang baik untuk mengantar bahan aktif masuk ke dalam kulit. Air banyak digunakan dalam preparat pembersih, karena air mudah digunakan, dapat melunakkan stratum corneum dan dapat membersihkan kotoran yang larut dalam air. Air tidak memiliki daya pembasah kulit dan bukan merupakan bahan pembersih yang sempurna, oleh karena itu, untuk memperoleh efek pembersih yang sempurna perlu ditambahkan bahan dasar lain seperti minyak (cleansing cream), alkohol 20 - 40 % (skin freshener, face tonic) atau surfactant (sabun, deterjen).
1. Lemak dapat membentuk lapisan tipis di permukaan kulit sehingga berfungsi sebagai pelindung (ptotective film) yang berguna untukmenghalangi terjadinya penguapan air sehingga mencegah terjadinyakekeringan pada kulit.
2. Lemak memiliki sifat pembasah (wetting effect) bagi keratin, sehingga dapat berguna untuk pemeliharaan elastisitas kulit dan mempertahankan kulit agar tetap lembut dan halus.
3. Lemak dapat melarutkan kotoran-kotoran seperti sisa-sisa make-up, oleh sebab itu baik digunakan dalam preparat pembersih.
4. Jenis lemak tertentu seperti lemak hewani, nabati dan malam mudah diabsorpsi oleh kulit, sehingga merupakan bahan dasar yang baik untuk bahan-bahan aktif masuk ke dalam kulit.
6. Lemak hewani dan lemak nabati tertentu mengandung bahan aktifseperti vitamin, hormon, dan lestin yang bermanfaat bagi kulit.
Air dapat diserap oleh kulit, tetapi daya penetrasi (daya serap) air dan bahan-bahan yang larut dalam air lebih rendah dibandingkan dengan lemak dan bahan-bahan yang larut dalam lemak. Daya penetrasi bahan-bahan yang larut dalam air, tergantung pada kandungan air (water content) stratum corneum, oleh sebab itu air bukan bahan dasar yang baik untuk mengantar bahan aktif masuk ke dalam kulit. Air banyak digunakan dalam preparat pembersih, karena air mudah digunakan, dapat melunakkan stratum corneum dan dapat membersihkan kotoran yang larut dalam air. Air tidak memiliki daya pembasah kulit dan bukan merupakan bahan pembersih yang sempurna, oleh karena itu, untuk memperoleh efek pembersih yang sempurna perlu ditambahkan bahan dasar lain seperti minyak (cleansing cream), alkohol 20 - 40 % (skin freshener, face tonic) atau surfactant (sabun, deterjen).
Alkohol merupakan bahan
pelarut organik dalam kosmetika, seperti halnya eter, aseton, dan kloroform.
Bahan-bahan tersebut cenderung dapat menimbulkan reaksi iritasi pada kulit.
Pemakaian alcohol dalam jumlah yang dibolehkan (aman) untuk kosmetika adalah
alcohol 20 - 40 % dengan bahan dasar air. Tujuan pemakaian alkohol tersebut
adalah untuk :
1. Meningkatkan permeabilitas kulit pada air.
2. Mengurangi tegangan permukaan kulit sehingga meningkatkan daya pembasah air.
4. Meningkatkan daya pembersih preparat terhadap kotoran yang berlemak.
6. Bersifat sebagai astringent dan desinfektan.
1. Meningkatkan permeabilitas kulit pada air.
2. Mengurangi tegangan permukaan kulit sehingga meningkatkan daya pembasah air.
4. Meningkatkan daya pembersih preparat terhadap kotoran yang berlemak.
6. Bersifat sebagai astringent dan desinfektan.
Deodorant
Kemampuan antikeringat terutama
disebabkan oleh kandungan bahan aktifnya. Semua jenis deodoran antikeringat
biasanya mengandung beberapa senyawa aktif yang berbasis pada unsur aluminium.
Yang paling umum digunakan adalah almunium chlorohydrate, almunium chloride,
almunium hydroxibromyde, dan almunium zirconium trichlorohydrex gly.
gemfibrozil
Komposisi Tiap tablet mengandung
gemfibrozil 600 mg.
Cara Kerja Gemfibrozil adalah
senyawa yang mampu mengatur lipid plasma, dengan jalan menurunkan kadar
trigliserida serum, kolesterol total, kolesterol VLDL (Very Low Density
Lipoprotein ), kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) dan meningkatkan
kolesterol HDL (High Density Lipoprotein). Gemfibrozil menurunkan kolesterol
VLDL dengan jalan menghambat pembentukan dan meningkatkan pembersihan
apolipoprotein B sebagai pembawa VLDL sehingga kadar VLDL berkurang dan
meningkatkan kolesterol HDL dengan jalan meningkatkan subtraksi HDL2 dan HDL3
serta apolipoprotein AI dan AII.
Kadar kolesterol HDL yang rendah dan kolesterol LDL yang tinggi merupakan faktor yang mendukung timbulnya penyakit jantung, dan Helsinki Heart Study menunjukkan terapi dengan gemfibrozil menurunkan secara nyata kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida total serta meningkatkan kolesterol HDL. Indikasi Gemfibrozil diindikasikan untuk :
Pengobatan hiperkolesterolemia.
Mencegah resiko timbulnya penyakit jantung koroner dengan menurunkan kolesterol LDL dan menaikkan kolesterol HDL.
Pengobatan hipertrigliseridemia (hiperlipidemia tipe IV dan V) yang berpotensi menimbulkan pankreatitis.
Pengobatan dislipidemia, khususnya untuk abnormalitas lipoprotein. Dosis
Kadar kolesterol HDL yang rendah dan kolesterol LDL yang tinggi merupakan faktor yang mendukung timbulnya penyakit jantung, dan Helsinki Heart Study menunjukkan terapi dengan gemfibrozil menurunkan secara nyata kadar kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida total serta meningkatkan kolesterol HDL. Indikasi Gemfibrozil diindikasikan untuk :
Pengobatan hiperkolesterolemia.
Mencegah resiko timbulnya penyakit jantung koroner dengan menurunkan kolesterol LDL dan menaikkan kolesterol HDL.
Pengobatan hipertrigliseridemia (hiperlipidemia tipe IV dan V) yang berpotensi menimbulkan pankreatitis.
Pengobatan dislipidemia, khususnya untuk abnormalitas lipoprotein. Dosis
Dosis yang dianjurkan untuk dewasa
1200 mg dalam dosis terbagi 2, diberikan pada 30 menit sebelum makan pagi dan
makan malam.
Efek Samping
Efek pada gastrointestinal seperti nyeri abdomen, apendisitis akut, dispepsia, dan reaksi yang lain jarang terjadi.
Efek Samping
Efek pada gastrointestinal seperti nyeri abdomen, apendisitis akut, dispepsia, dan reaksi yang lain jarang terjadi.
Efek pada sistem syaraf pusat,
seperti pusing, somnolens, gangguan penglihatan, parestesia, depresi, neuritis
perifer dan libido berkurang.
Efek pada sistem hematologi, seperti
penurunan nilai hemoglobin, hematokrit dan leukosit.
Efek samping lainnya seperti ruam,
dermatitis, pruritus, urtikaria, angioedema, edema laringeal dan miastenia.
Sangat jarang dilaporkan peningkatan
tes fungsi hati (SGOT, SGPT) dengan pemberian gemfibrozil. Setelah pengobatan
dengan gemfibrozil, tes fungsi hati akan kembali normal pada sejumlah besar
penderita.
Penanganan dosis berlebihan :
Meskipun belum pernah dilaporkan akibat dosis berlebihan, namun bila terjadi hendaknya diberikan pengobatan simptomatik.
Kontraindikasi
Penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat, penyakit kandung empedu dan penderita yang hipersensitif terhadap gemfibrozil.
Interaksi Obat
Kombinasi dengan lovastatin dan penghambat HMG-CoA reduktase dapat menimbulkan rabdomiolisis dan miositis.
Penggunaannya dengan antikoagulan, dosis antikoagulan harus dikurangi untuk mempertahankan waktu protrombin pada tingkat yang diinginkan sehingga mencegah terjadinya komplikasi pendarahan.
Cara Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari sinar matahari.
Penanganan dosis berlebihan :
Meskipun belum pernah dilaporkan akibat dosis berlebihan, namun bila terjadi hendaknya diberikan pengobatan simptomatik.
Kontraindikasi
Penderita dengan gangguan fungsi hati dan ginjal yang berat, penyakit kandung empedu dan penderita yang hipersensitif terhadap gemfibrozil.
Interaksi Obat
Kombinasi dengan lovastatin dan penghambat HMG-CoA reduktase dapat menimbulkan rabdomiolisis dan miositis.
Penggunaannya dengan antikoagulan, dosis antikoagulan harus dikurangi untuk mempertahankan waktu protrombin pada tingkat yang diinginkan sehingga mencegah terjadinya komplikasi pendarahan.
Cara Penyimpanan
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari sinar matahari.
Perhatian Sebelum pengobatan, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan laboratorium untuk memastikan adanya abnormalitas kadar lipid
serum.
Selama pengobatan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara periodik terhadap kadar lipid serum, dan pemeriksaan fungsi hati dan terapi gemfibrozil agar dihentikan bila terjadi abnormalitas yang menetap.
Pada wanita hamil dan menyusui, penggunaan obat ini harus memperhitungkan resikonya pada bayi yang sedang menyusui.
Pada anak-anak keamanannya belum diketahui dengan jelas.
Gemfibrozil dapat meningkatkan ekskresi kolesterol ke dalam kandung empedu. Meskipun demikian pada Helsinki Heart Study, gemfibrozil tidak berbeda secara bermakna dengan plasebo dalam meningkatkan tindakan operasi kandung empedu.
Bila setelah 3 bulan tidak didapatkan penurunan kadar lipid plasma yang memadai maka pemberian gemfibrozil agar dihentikan.
Kemasan : Kotak 10 blister @ 10 tablet Harga : Rp 59.458,- No. Registrasi : GKL9620919904A1
Selama pengobatan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara periodik terhadap kadar lipid serum, dan pemeriksaan fungsi hati dan terapi gemfibrozil agar dihentikan bila terjadi abnormalitas yang menetap.
Pada wanita hamil dan menyusui, penggunaan obat ini harus memperhitungkan resikonya pada bayi yang sedang menyusui.
Pada anak-anak keamanannya belum diketahui dengan jelas.
Gemfibrozil dapat meningkatkan ekskresi kolesterol ke dalam kandung empedu. Meskipun demikian pada Helsinki Heart Study, gemfibrozil tidak berbeda secara bermakna dengan plasebo dalam meningkatkan tindakan operasi kandung empedu.
Bila setelah 3 bulan tidak didapatkan penurunan kadar lipid plasma yang memadai maka pemberian gemfibrozil agar dihentikan.
Kemasan : Kotak 10 blister @ 10 tablet Harga : Rp 59.458,- No. Registrasi : GKL9620919904A1
Kalbe.co.id - PT. Kalbe Farma
mengeluarkan produk antiagregasi platelet Clopidogrel dengan nama dagang
CPG® yang mengandung Clopidogrel 75 mg bulan Agustus 2008.
Clopidogrel adalah obat golongan antiagregasi trombosit atau antiplatelet yang bekerja secara selektif menghambat ikatan Adenosine Di-Phosphate (ADP) pada reseptor ADP di platelet, yang sekaligus dapat menghambat aktivasi kompleks glikoprotein GPIIb/IIIa yang dimediasi oleh ADP, yang dapat menimbulkan penghambatan terhadap agregasi platelet. Clopidogrel tidak menghambat aktivitas dari enzim fosfodiesterase yang berpengaruh dalam siklik AMP, jadi tidak mempunyai efek vasodilatasi.
Secara farmakokinetik dijelaskan bahwa Clopidogrel merupakan prodrug. Di dalam hati, Clopidogrel dimetabolisme menjadi 2-oxo-clopidogrel yang merupakan metabolit yang aktif. Metabolit aktif 2-oxo-clopidogrel akan mengalami hidrolisis menjadi asam karboksilat yang merupakan metabolit yang tidak aktif. Metabolit aktif atau bentuk 2-oxo-clopidogrel akan berikatan secara kuat pada reseptor ADP di trombosit, sehingga metabolit ini tidak terdeteksi di plasma.
Dari uji in vitro dijelaskan bahwa pada pemberian Clopidogrel 75 mg/hari penghambatan agregasi trombosit mulai terlihat sejak hari pertama terapi. Pada hari ketiga sampai hari ketujuh, penghambatan agregasi trombosit sudah mencapai 40% hingga 60%. Yang tak kalah pentingnya bioavailabilitas Clopidogrel tidak dipengaruhi oleh makanan, jadi praktis karena dapat diminum pada saat makan atau sebelum makan.
CPG® diindikasikan untuk menurunkan kejadian aterotrombosis yang menyertai beberapa keadaan seperti serangan Infark Miokard, Stroke Iskemik atau pada pasien dengan Penyakit Pembuluh Darah Perifer. Selain itu CPG® juga diindikasikan untuk pasien Sindroma Koroner Akut (SKA). Khusus pada pasien SKA masih tetap membutuhkan kombinasi dengan Aspirin, agar efek antiagregasinya kuat. Saat ini selain indikasi di atas, Clopidogrel telah di “approved” juga oleh FDA (Food and Drug Administration) untuk kasus Infark Miokard Akut dengan Elevasi segmen ST yang tidak bisa menjalani proses angioplasti atau perbaikan arteri koroner.
Dosis Clopidogrel cukup praktis, yaitu diberikan dosis tunggal 75 mg dengan atau tanpa makanan. Khusus pada pasien SKA dengan elevasi segmen non ST (unstable angina atau Infark miokard non Q-wave) pemberian dimulai degan 300 mg tunggal loading dosis dan kemudian dilanjutkan dengan pada 75 mg satu kali sehari (dengan pemberian ASA 75 mg – 325 mg sehari), sejak diketahui kadar ASA yang tinggi menimbulkan resiko perdarahan yang tinggi maka pemberian ASA tidak boleh melebihi 100 mg.
Sudah tidak diragukan lagi mengenai publikasi hasil penelitian terhadap Clopidogrel untuk berbagai macam kasus yang berhubungan dengan kejadian aterotrombosis yang terjadi pada berbagai penyakit. Bahkan 1 penelitian saja bisa dilakukan di banyak RS di berbagai negara, antara lain penelitian pertamanya yaitu CAPRIE Study (Clopidogrel vs Aspirin in Patients at Risk of Ischemic Events), yang membandingan antara Clopidogrel dengan Aspirin Pada Pasien yang mempunyai riwayat iskemik pada pembuluh darahnya yaitu pada kasus Infark Miokard, Stroke atau Pasien Dengan Penyakit Pembuluh Darah Perifer. Penelitian ini dilakukan di 16 negara dengan sekitar 384 RS dan hasil penelitiannya membuktikan bahwa pemakaian Clopidogrel jangka panjang lebih efektif dalam menurunkan kejadian stroke iskemik, infark miokard dan kematian akibat penyakit vaskuler jika dibandingkan dengan pemakaian Aspirin pada pasien dengan riwayat aterosklerosis. Secara umum efek samping dari Clopidogrel sedikit banyak sama baiknya antara Clopidogrel dan Aspirin.
Pada penelitian berikutnya yaitu CURE Study (Clopidogrel in Unstable Angina to Prevent Recurrent Events), yang juga dilakukan secara multicenter di berbagai negara mencoba meneliti penggunaan Clopidogrel untuk kasus SKA. Sebagai pembanding dalam penelitian tersebut adalah plasebo, akan tetapi setiap kelompoknya pasien tetap diberikan Aspirin. Dari hasil penelitian CURE menunjukkan bahwa Clopidogrel dapat menurunkan angka kematian pasien dan kejadian ulangan dari kejadian Sindrom Koroner Akut (SKA) dengan elevasi segmen ST.
Selanjutnya penelitian dilakukan tetap pada kasus trombosis yang terjadi pada jantung dengan nama penelitiannya adalah COMMIT Study (Clopidogrel and Metoprolol Myocardial Infarction Trial), meneliti perbandingan Clopidogrel plus Aspirin dibandingkan dengan Aspirin plus plasebo, pada pasien infark miokard, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Clopidogrel 75 mg pada pasien infark miokard akut yang menggunakan Aspirin dan standard terapi lainnya (seperti terapi fibrinolitik) aman dalam menurunkan kejadian vaskular infark miokard dan kematian di RS dan dapat digunakan secara rutin.
Penelitian CHARISMA (The Clopidogrel for High Atherothrombotic Risk and Ischemic Stabilization, Management and Avoidance), meneliti mengenai penggunaan Clopidogrel yang ditambah dengan Aspirin dibandingkan dengan pemberian Aspirin tunggal saja pada pasien yang berisiko tinggi untuk terkena serangan penyakit kardiovaskuler. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mempunyai aterotrombosis dan mempunyai resiko tinggi untuk terkena ternyata tidak berbeda bermakna dalam menurunkan kejadian vaskular (infark miokard, stroke atau kematian akibat penyakit jantung) setelah pemberian kombinasi Clopidogrel plus Aspirin atau pemberian Aspirin saja.
Pemakaian Aspirin tunggal tetap lebih baik pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler yang stabil dan pasien yang mempunyai faktor resiko.
Penelitian Clopidogrel terhadap kasus stroke iskemik dan TIA juga pernah dikerjakan, yaitu MATCH (Management of Atherothrombosis with Clopidogrel in High risk patients), dimana dengan penambahan Aspirin pada pengobatan dengan Clopidogrel pada pasien stroke iskemik atau TIA yang berisiko tinggi tidak ada perbedaan bermakna secara statistik dalam menurunkan kejadian vaskuler, penambahan Aspirin justru mengancam kehidupan pasien atau meningkatkan resiko terjadinya perdarahan mayor.
Mengenai efek samping perdarahan yang terjadi pada setiap hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan secara bermakna mengenai efek samping antara pemberian Clopidogrel dengan Aspirin, artinya efek samping penggunaan Clopidogrel sama dengan Aspirin.
Clopidogrel adalah obat golongan antiagregasi trombosit atau antiplatelet yang bekerja secara selektif menghambat ikatan Adenosine Di-Phosphate (ADP) pada reseptor ADP di platelet, yang sekaligus dapat menghambat aktivasi kompleks glikoprotein GPIIb/IIIa yang dimediasi oleh ADP, yang dapat menimbulkan penghambatan terhadap agregasi platelet. Clopidogrel tidak menghambat aktivitas dari enzim fosfodiesterase yang berpengaruh dalam siklik AMP, jadi tidak mempunyai efek vasodilatasi.
Secara farmakokinetik dijelaskan bahwa Clopidogrel merupakan prodrug. Di dalam hati, Clopidogrel dimetabolisme menjadi 2-oxo-clopidogrel yang merupakan metabolit yang aktif. Metabolit aktif 2-oxo-clopidogrel akan mengalami hidrolisis menjadi asam karboksilat yang merupakan metabolit yang tidak aktif. Metabolit aktif atau bentuk 2-oxo-clopidogrel akan berikatan secara kuat pada reseptor ADP di trombosit, sehingga metabolit ini tidak terdeteksi di plasma.
Dari uji in vitro dijelaskan bahwa pada pemberian Clopidogrel 75 mg/hari penghambatan agregasi trombosit mulai terlihat sejak hari pertama terapi. Pada hari ketiga sampai hari ketujuh, penghambatan agregasi trombosit sudah mencapai 40% hingga 60%. Yang tak kalah pentingnya bioavailabilitas Clopidogrel tidak dipengaruhi oleh makanan, jadi praktis karena dapat diminum pada saat makan atau sebelum makan.
CPG® diindikasikan untuk menurunkan kejadian aterotrombosis yang menyertai beberapa keadaan seperti serangan Infark Miokard, Stroke Iskemik atau pada pasien dengan Penyakit Pembuluh Darah Perifer. Selain itu CPG® juga diindikasikan untuk pasien Sindroma Koroner Akut (SKA). Khusus pada pasien SKA masih tetap membutuhkan kombinasi dengan Aspirin, agar efek antiagregasinya kuat. Saat ini selain indikasi di atas, Clopidogrel telah di “approved” juga oleh FDA (Food and Drug Administration) untuk kasus Infark Miokard Akut dengan Elevasi segmen ST yang tidak bisa menjalani proses angioplasti atau perbaikan arteri koroner.
Dosis Clopidogrel cukup praktis, yaitu diberikan dosis tunggal 75 mg dengan atau tanpa makanan. Khusus pada pasien SKA dengan elevasi segmen non ST (unstable angina atau Infark miokard non Q-wave) pemberian dimulai degan 300 mg tunggal loading dosis dan kemudian dilanjutkan dengan pada 75 mg satu kali sehari (dengan pemberian ASA 75 mg – 325 mg sehari), sejak diketahui kadar ASA yang tinggi menimbulkan resiko perdarahan yang tinggi maka pemberian ASA tidak boleh melebihi 100 mg.
Sudah tidak diragukan lagi mengenai publikasi hasil penelitian terhadap Clopidogrel untuk berbagai macam kasus yang berhubungan dengan kejadian aterotrombosis yang terjadi pada berbagai penyakit. Bahkan 1 penelitian saja bisa dilakukan di banyak RS di berbagai negara, antara lain penelitian pertamanya yaitu CAPRIE Study (Clopidogrel vs Aspirin in Patients at Risk of Ischemic Events), yang membandingan antara Clopidogrel dengan Aspirin Pada Pasien yang mempunyai riwayat iskemik pada pembuluh darahnya yaitu pada kasus Infark Miokard, Stroke atau Pasien Dengan Penyakit Pembuluh Darah Perifer. Penelitian ini dilakukan di 16 negara dengan sekitar 384 RS dan hasil penelitiannya membuktikan bahwa pemakaian Clopidogrel jangka panjang lebih efektif dalam menurunkan kejadian stroke iskemik, infark miokard dan kematian akibat penyakit vaskuler jika dibandingkan dengan pemakaian Aspirin pada pasien dengan riwayat aterosklerosis. Secara umum efek samping dari Clopidogrel sedikit banyak sama baiknya antara Clopidogrel dan Aspirin.
Pada penelitian berikutnya yaitu CURE Study (Clopidogrel in Unstable Angina to Prevent Recurrent Events), yang juga dilakukan secara multicenter di berbagai negara mencoba meneliti penggunaan Clopidogrel untuk kasus SKA. Sebagai pembanding dalam penelitian tersebut adalah plasebo, akan tetapi setiap kelompoknya pasien tetap diberikan Aspirin. Dari hasil penelitian CURE menunjukkan bahwa Clopidogrel dapat menurunkan angka kematian pasien dan kejadian ulangan dari kejadian Sindrom Koroner Akut (SKA) dengan elevasi segmen ST.
Selanjutnya penelitian dilakukan tetap pada kasus trombosis yang terjadi pada jantung dengan nama penelitiannya adalah COMMIT Study (Clopidogrel and Metoprolol Myocardial Infarction Trial), meneliti perbandingan Clopidogrel plus Aspirin dibandingkan dengan Aspirin plus plasebo, pada pasien infark miokard, dan hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan Clopidogrel 75 mg pada pasien infark miokard akut yang menggunakan Aspirin dan standard terapi lainnya (seperti terapi fibrinolitik) aman dalam menurunkan kejadian vaskular infark miokard dan kematian di RS dan dapat digunakan secara rutin.
Penelitian CHARISMA (The Clopidogrel for High Atherothrombotic Risk and Ischemic Stabilization, Management and Avoidance), meneliti mengenai penggunaan Clopidogrel yang ditambah dengan Aspirin dibandingkan dengan pemberian Aspirin tunggal saja pada pasien yang berisiko tinggi untuk terkena serangan penyakit kardiovaskuler. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang mempunyai aterotrombosis dan mempunyai resiko tinggi untuk terkena ternyata tidak berbeda bermakna dalam menurunkan kejadian vaskular (infark miokard, stroke atau kematian akibat penyakit jantung) setelah pemberian kombinasi Clopidogrel plus Aspirin atau pemberian Aspirin saja.
Pemakaian Aspirin tunggal tetap lebih baik pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler yang stabil dan pasien yang mempunyai faktor resiko.
Penelitian Clopidogrel terhadap kasus stroke iskemik dan TIA juga pernah dikerjakan, yaitu MATCH (Management of Atherothrombosis with Clopidogrel in High risk patients), dimana dengan penambahan Aspirin pada pengobatan dengan Clopidogrel pada pasien stroke iskemik atau TIA yang berisiko tinggi tidak ada perbedaan bermakna secara statistik dalam menurunkan kejadian vaskuler, penambahan Aspirin justru mengancam kehidupan pasien atau meningkatkan resiko terjadinya perdarahan mayor.
Mengenai efek samping perdarahan yang terjadi pada setiap hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan secara bermakna mengenai efek samping antara pemberian Clopidogrel dengan Aspirin, artinya efek samping penggunaan Clopidogrel sama dengan Aspirin.
Alprazolam merupakan anti ansietas
dan anti panik yang efektif. Efek tersebut diduga disebabkan oleh ikatan
alprazolam dengan reseptor-reseptor spesifik yang terdapat pada susunan saraf
pusat.
Pharmacology
Farmakodinamik Alprazolam merupakan derivat triazolo benzodiazepin dengan efek cepat dan sifat umum yang mirip dengan diazepam. Alprazolam merupakan anti ansietas dan anti panik yang efektif. Mekanisme kerjanya yang pasti belum diketahui. Efek tersebut diduga disebabkan oleh ikatan alprazolam dengan reseptor-reseptor spesifik yang terdapat pada susunan saraf pusat. Secara klinis, semua senyawa benzodiazepin menyebabkan depresi susunan saraf pusat yang bervariasi tergantung pada dosis yang diberikan. Farmakokinetik Pada pemberian secara oral, alprazolam diabsorpsi dengan baik dan absorpsinya tidak dipengaruhi oleh makanan sehingga dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Konsentrasi puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1 - 2 jam setelah pemberian oral dengan waktu paruh eliminasinya adalah 12 - 15 jam. Waktu paruh ini berbeda-beda untuk pasien usia lanjut (16,3 jam), orang dewasa sehat (11 jam), pasien dengan gangguan fungsi hati (antara 5,8 - 65,3 jam) serta pada pasien dengan masalah obesitas (9,9 - 40,4 jam). Sekitar 70 - 80% alprazolam terikat oleh protein plasma. Alprazolam mengalami metabolisme di hati menjadi metabolit aktifnya dan metabolit lainnya yang tidak aktif. Metabolit aktif ini memiliki kekuatan 1½ kali dibandingkan dengan alprazolam, tetapi waktu paruh metabolit ini hampir sama dengan alprazolam. Ekskresi alprazolam sebagian besar melalui urin, sebagian melalui ASI dan dapat melalui sawar plasenta.
Indication
1. Ansietas, termasuk neurosis ansietas dan ansietas yang menyertai depresi. 2. Gangguan panik, termasuk serangan panik pada agorafobia.
Contra Indication
- Pasien yang hipersensitif terhadap golongan benzodiazepin. - Glaukoma akut sudut sempit. - Miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut, kondisi fobia dan obsesi psikosis kronik. - Pasien dengan pengobatan antijamur golongan azole. - Anak dan bayi prematur.
Warning
· Selama menggunakan obat ini dilarang mengendarai kendaraan bermotor atau mengoperasikan mesin. · Hati-hati bila diberikan pada wanita hamil dan menyusui, gangguan fungsi ginjal dan hati, riwayat penyalahgunaan obat dan atau alkohol, penderita kelainan kepribadian yang nyata. · Keamanan penggunaan pada anak-anak dibawah 18 tahun belum diketahui dengan pasti. Gejala kelebihan dosis alprazolam adalah mengantuk, konfusi, gangguan koordinasi, penurunan refleks dan koma. Penanganan saat terjadi kelebihan dosis : - Penderita dirangsang untuk muntah dan lakukan pengosongan lambung. - Penderita dirawat intensif dengan terapi simtomatis dan suportif untuk memelihara fungsi kardiovaskular, pernapasan dan keseimbangan elektrolit.
Adverse Reaction
Yang umum terjadi adalah mengantuk. Yang lebih jarang adalah sakit kepala ringan, pandangan kabur, gangguan koordinasi, gangguan gastrointestinal, "withdrawal syndrome". Yang sangat jarang adalah agitasi paradoksikal, konfusi.
Dosage
· Ansietas : 0,25 - 0,5 mg 3 kali sehari. Max 4 mg sehari dalam dosis terbagi. · Gangguan panik : 0,5 - 1,0 mg diberikan pada malam hari atau 0,5 mg 3 kali sehari. · Untuk pasien usia lanjut, debil dan gangguan fungsi hati berat : 0,25 mg 2-3 kali sehari. Jika perlu, dosis dapat ditingkatkan secara bertahap.
Pharmacology
Farmakodinamik Alprazolam merupakan derivat triazolo benzodiazepin dengan efek cepat dan sifat umum yang mirip dengan diazepam. Alprazolam merupakan anti ansietas dan anti panik yang efektif. Mekanisme kerjanya yang pasti belum diketahui. Efek tersebut diduga disebabkan oleh ikatan alprazolam dengan reseptor-reseptor spesifik yang terdapat pada susunan saraf pusat. Secara klinis, semua senyawa benzodiazepin menyebabkan depresi susunan saraf pusat yang bervariasi tergantung pada dosis yang diberikan. Farmakokinetik Pada pemberian secara oral, alprazolam diabsorpsi dengan baik dan absorpsinya tidak dipengaruhi oleh makanan sehingga dapat diminum dengan atau tanpa makanan. Konsentrasi puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1 - 2 jam setelah pemberian oral dengan waktu paruh eliminasinya adalah 12 - 15 jam. Waktu paruh ini berbeda-beda untuk pasien usia lanjut (16,3 jam), orang dewasa sehat (11 jam), pasien dengan gangguan fungsi hati (antara 5,8 - 65,3 jam) serta pada pasien dengan masalah obesitas (9,9 - 40,4 jam). Sekitar 70 - 80% alprazolam terikat oleh protein plasma. Alprazolam mengalami metabolisme di hati menjadi metabolit aktifnya dan metabolit lainnya yang tidak aktif. Metabolit aktif ini memiliki kekuatan 1½ kali dibandingkan dengan alprazolam, tetapi waktu paruh metabolit ini hampir sama dengan alprazolam. Ekskresi alprazolam sebagian besar melalui urin, sebagian melalui ASI dan dapat melalui sawar plasenta.
Indication
1. Ansietas, termasuk neurosis ansietas dan ansietas yang menyertai depresi. 2. Gangguan panik, termasuk serangan panik pada agorafobia.
Contra Indication
- Pasien yang hipersensitif terhadap golongan benzodiazepin. - Glaukoma akut sudut sempit. - Miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut, kondisi fobia dan obsesi psikosis kronik. - Pasien dengan pengobatan antijamur golongan azole. - Anak dan bayi prematur.
Warning
· Selama menggunakan obat ini dilarang mengendarai kendaraan bermotor atau mengoperasikan mesin. · Hati-hati bila diberikan pada wanita hamil dan menyusui, gangguan fungsi ginjal dan hati, riwayat penyalahgunaan obat dan atau alkohol, penderita kelainan kepribadian yang nyata. · Keamanan penggunaan pada anak-anak dibawah 18 tahun belum diketahui dengan pasti. Gejala kelebihan dosis alprazolam adalah mengantuk, konfusi, gangguan koordinasi, penurunan refleks dan koma. Penanganan saat terjadi kelebihan dosis : - Penderita dirangsang untuk muntah dan lakukan pengosongan lambung. - Penderita dirawat intensif dengan terapi simtomatis dan suportif untuk memelihara fungsi kardiovaskular, pernapasan dan keseimbangan elektrolit.
Adverse Reaction
Yang umum terjadi adalah mengantuk. Yang lebih jarang adalah sakit kepala ringan, pandangan kabur, gangguan koordinasi, gangguan gastrointestinal, "withdrawal syndrome". Yang sangat jarang adalah agitasi paradoksikal, konfusi.
Dosage
· Ansietas : 0,25 - 0,5 mg 3 kali sehari. Max 4 mg sehari dalam dosis terbagi. · Gangguan panik : 0,5 - 1,0 mg diberikan pada malam hari atau 0,5 mg 3 kali sehari. · Untuk pasien usia lanjut, debil dan gangguan fungsi hati berat : 0,25 mg 2-3 kali sehari. Jika perlu, dosis dapat ditingkatkan secara bertahap.
Citicoline dalam
pengembangan awalnya digunakan sebagai obat stroke, dan sekarang diselidiki
untuk digunakan sebagai obat penyakit alzheimer. Dan dapat mencegah jaringan
otak dari infark cerebral akibat stroke iskemik.
1.meningkatkan
derajat kesadaran pada trauma kepala, operasi otak dan infark serebral
2.mengurangi
kematian sel saraf pada pasien stroke akut
3. membantu
perbaikan fungsi kognitif pada pasien usia lanjut
0 komentar:
Posting Komentar