DAUR HIDROLOGI
Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi
, yakni suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air
dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut
atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam
tanih atau badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur
hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air
permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi
termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan
penutup, serta manusia yang berada di permiukaan.
Siklus Air |
Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi.
Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan
reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.
1.
Pengertian Hidrologi
Studi
tentang air dirasakan semakin penting, terutama di negara-negara berkembang
yang masih masalah budaya dan teknologi dalam penelolaan air yang sesuai dengan
lingkungannya. Cabang ilmu yang mempelajari tentang air tersebut adalah
Hidrologi. Secara etimologi, berasal dari dua kata, yaitu hidro = air, dan
logos = ilmu. Dengan demikian secara umum hidrologi dapat berarti ilmu yang
mempelajari tentang air.
Konsep yang
umum itu, kini telah berkembang sehingga cakupan obyek hidrologi menjadi lebih
jelas. Menurut Marta dan Adidarma (1983), bahwa hidrologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusi air di bumi, baik di
atas maupun dibawah permukaan bumi, tentang sifat fisik, kimia air serta
reaksinya terhadap lingkungan dan hubunganya dengan kehidupan.
Berdasarkan
konsep tersebut, hidrologi memiliki ruang lingkup atau cakupan yang luas.
Secara substansial, cakupan bidang ilmu itu meliputi:
- asal mula dan proses terjadinya air
- pergerakan dan penyebaran air
- sifat-sifat air
- keterkaitan air dengan lingkungan dan kehidupan
Hidrologi
merupakan suatu ilmu yang mengkaji tentang kehadiran dan gerakan air di alam.
Studi hidrologi meliputi berbagai bentuk air serta menyangkut
perubahan-perubahannya, antara lain dalam keadaan cair, padat, gas, dalam
atmosfer, di atas dan di bawah permukaan tanah, distribusinya, penyebarannya,
gerakannya dan lain sebagainya. Secara meteorologis, air merupakan unsur pokok
paling penting dalam atmofer bumi. Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000
hingga 14.000 meter, dalam jumlah yang kisarannya mulai dari nol di atas
beberapa gunung serta gurun sampai empat persen di atas samudera dan laut. Bila
seluruh uap air berkondensasi (atau mengembun)menjadi
cairan, maka seluruh permukaan bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira
sebanyak 2,5 cm.
2. Siklus
Hidrologi
Akibat panas
yang bersumber pada matahari, maka terjadilah:
- Evaporasi yaitu penguapan pada permukaan air terbuka (open water) dan permukaan tanah.
- Transpirasi yaitu penguapan dari permukaan tanaman.
Uap air hasil
penguapan ini pada ketinggian tertentu akan menjadi awan, kemudian beberapa
sebab awan akan berkondensasi menjadi presipitasi (presipitasi = yang
diendapkan atau dijatuhkan), bisa dalam bentuk salju, hujan es, hujan, dan
embun. Air hujan yang jatuh kadang-kadang tertahan oleh tajuk (ujung-ujung
daun), oleh daunnya sendiri atau oleh bangunan dan sebagainya. Hal ini diberi
istilah intersepsi. Besarnya intersepsi pada tanaman, tergantung dari jenis
tanaman, tingkat pertumbuhan, tetapi biasanya berkisar 1 mm pada hujan-hujan
pertama. Kemudian sekitar 20% pada hujan-hujan berikutnya.
Air hujan
yang mencapai tanah, sebagian berinfiltrasi (menembus permukaan tanah),
sebagian lagi menjadi aliran air di atas permukaan (over land flor)
kemudian terkumpul pada saluran. Aliran air ini disebut surface run off.
Hasil
infiltrasi sebagian besar menjadi aliran air bawah permukaan (interflow/sub
surface flor/through flor). Dan sebagian lagi akan mebasahi tanah. Air yang
menjadi bagian dari tanah dan berada dalam pori-pori tanah disebut air soil.
Apabila
kapasitas kebasahan tanah/soil moisture ini terlampaui, maka kelebihan airnya
akan berperkolasi (mengalir vertical) mencapai air tanah. Aliran air tanah
(ground water flow) akan menjadi sesuai dengan hokum-hukum fisika. Air yang
mengalir itu pada suatu situasi dan kondisi tertentu akan mencapai danau,
sungai, laut menjadi depression storage (simpanan air yang disebabkan
oleh kubangan/cekungan), saluran dan sebagainya, mencari tempat lebih rendah.
Sirkulasi
air yang berpola siklus itu tidak pernah berhenti dari atmosfir ke bumi dan
kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi,
dan transpirasi.Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian
jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan
salju (sleet), hujan gerimis atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi
beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh
yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.
Setelah
mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara
yang berbeda:
(1) Evaporasi/transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan,
di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap
ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada
keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang
selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es. Ketika
air dipanaskan oleh sinar matahari, permukaan molekul-molekul air memiliki
cukup energi untuk melepaskan ikatan molekul air tersebut dan kemudian terlepas
dan mengembang sebagai uap air yang tidak terlihat di atmosfir. Sekitar 95.000
mil kubik air menguap ke angkasa setiap tahunnya. Hampir 80.000 mil kubik menguapnya
dari lautan. Hanya 15.000 mil kubik berasal dari daratan, danau, sungai, dan
lahan yang basah, dan yang paling penting juga berasal dari tranpirasi oleh
daun tanaman yang hidup. Proses semuanya itu disebut Evapotranspirasi.
(2) Infiltrasi/Perkolasi ke dalam tanah - Air
bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan
menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak
secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut
memasuki kembali sistem air permukaan.
(3) Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan
tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit
pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah
dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama
lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar
daerah aliran sungai menuju laut.
Air
permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan
sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan
berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam
komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai
(DAS). Jumlah air di bumi secara
keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.
3. Air Tanah
a.
Pengertian Air Tanah
Menurut
Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang
terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan
bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang mudah
dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat
pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut
lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat
menangkap dan meloloskan air disebut akuifer. Menurut Krussman dan Ridder
(1970) dalam Utaya (1990:41-42) bahwa macam-macam akifer sebagai berikut:
a. Akifer Bebas (Unconfined Aquifer)
yaitu
lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas
lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water table
(preatiklevel), yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama
dengan atmosfer.
b. Akifer
Tertekan (Confined Aquifer)
yaitu
aquifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap air, baik
yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari
pada tekanan atmosfer.
c. Akifer
Semi tertekan (Semi Confined Aquifer)
yaitu
aquifer yang seluruhnya jenuh air, dimana bagian atasnya dibatasi oleh lapisan
semi lolos air dibagian bawahnya merupakan lapisan kedap air.
d. Akifer Semi Bebas (Semi Unconfined Aquifer)
yaitu
aquifer yang bagian bawahnya yang merupakan lapisan kedap air, sedangkan bagian
atasnya merupakan material berbutir halus, sehingga pada lapisan penutupnya
masih memungkinkan adanya gerakan air. Dengan demikian aquifer ini merupakan
peralihan antara aquifer bebas dengan aquifer semi tertekan.
Tolman
(1937) dalam Wiwoho (1999:26) mengemukakan bahwa air tanah dangkal pada akifer
dengan material yang belum termampatkan di daerah beriklim kering menunjukan
konsentrasi unsur-unsur kimia yang tinggi terutama musim kemarau. Hal ini
disebabkan oleh adanya gerakan kapiler air tanah dan tingkat evaporasi yang
cukup besar. Besar kecilnya material terlarut tergantung pada lamanya air
kontak dengan batuan. Semakin lama air kontak dengan batuan semakin tinggi
unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. Disamping itu umur batuan juga mempengaruhi
tingkat kegaraman air, sebab semakin tua umur batuan, maka semakin tinggi pula
kadar garam-garam yang terlarut di dalamnya.
Todd (1980)
dalam Hartono (1999:7) menyatakan tidak semua formasi litologi dan kondisi
geomorfologi merupakan akifer yang baik. Berdasarkan pengamatan lapangan,
akifer dijumpai pada bentuk lahan sebagai berikut:
- Lintasan air (water course), materialnya terdiri dari aluvium yang mengendap di sepanjang alur sungai sebagai bentuk lahan dataran banjir serta tanggul alam. Bahan aluvium itu biasanya berupa pasir dan karikil.
- Lembah yang terkubur (burried valley) atau lembah yang ditinggalkan (abandoned valley), tersusun oleh materi lepas-lepas yang berupa pasir halus sampai kasar.
- Dataran (plain), ialah bentuk lahan berstruktur datar dan tersusun atas bahan aluvium yang berasal dari berbagai bahan induk sehingga merupakan akifer yang baik.
- Lembah antar pegunungan (intermontane valley), yaitu lembah yang berada diantara dua pegunungan, materialnya berasal dari hasil erosi dan gerak massa batuan dari pegunungan di sekitarnya.
- Batu gamping (limestone), air tanah terperangkap dalam retakan-retakan atau diaklas-diaklas. Porositas batu gamping ini bersifat sekunder.
- Batuan vulkanik, terutama yang bersifat basal. Sewaktu aliran basal ini mengalir , ia mengeluarkan gas-gas. Bekas-bekas gas keluar itulah yang merupakan lubang atau pori-pori dapat terisi air.
b. Gerakan Air Tanah
Disamping
air tanah bergerak dari atas ke bawah, air tanah juga bergerak dari bawah ke
atas (gaya kapiler). Air bergerak horisontal pada dasarnya mengikuti hukum
hidrolika, air bergerak horisontal karena adanya perbedaan gradien hidrolik.
Gerakan air tanah mengikuti hukum Darcy yang berbunyi “volume air tanah yang
melalui batuan berbanding lurus dengan tekanan dan berbanding terbalik dengan
tebal lapisan (Utaya, 1990:35).
c. Kondisi
Air Tanah Dataran Alluvial
Dataran
alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi
yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan,
angin, jenis batuan, topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses
pelapukan dan erosi. Hasil erosi diendapkan oleh air ketempat yang lebih rendah
atau mengikuti aliran sungai. Dataran alluvial menempati daerah pantai, daerah
antar gunung, dan dataran lembah sungai. daerah alluvial ini tertutup oleh
bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun dari daerah
yang lebih tinggi letaknya. Potensi air tanah daerah ini ditentukan oleh jenis
dan tekstur batuan.
Daerah
pantai terdapat cukup luas di pantai timur Pulau Sumatera, Pulau Jawa bagian
Utara dan selatan, Pulau Kalimantan dan Irian Jaya bagian Selatan. Air tanah
daerah dataran pantai selalu terdapat dalam sedimen kuarter dan resen yang
batuannya terdiri dari pasir, kerikil, dan berinteraksi dengan lapisan lempung.
Kondisi air tanah pada lapisan tersebut semuanya dalam keadaan tertekan ,
mempunyai potensi yang umumnya besar, namun masih bergantung pada luas dan
penyebaran lapisan batuan dan selalu mendapat ancaman interusi air laut,
apabila pengambilan air tanah berlebihan.
Dataran
antar gunung di pulau Jawa terdapat di Bandung, Garut, Madiun , Kediri,
Nganjuk, dan Bondowoso, daerah ini sebagian besar dibatasi oleh kaki gunung
api. Lapisan batuan terdiri atas bahan klastika hasil rombakan batuan gunung
api sekitarnya. Pengertian susunan litologi dari butir kasar ke halus membentuk
suatu kondisi air tanah tertekan, cekungan air tanah antar gunung mempunyai
potensi yang cukup besar. Beberapa bentuk lahan asal fluvial adalah sebagai
berikut:
- Kipas Alluvial (Alluvial fan)
- Crevasse-Splays
- Tanggul alam (Natural lever)
- Poin bar
- Dataran banjir
- Cekungan fluvial (Flood plain)
- Teras Alluvial
- Delta
Volume air
tanah dalam dataran alluvial di tentukan oleh tebal dan penyebaran
permeabilitas dari akifer yang terbentuk dalam aluvium dan dilluvium yang
mengendap dalam dataran. Apabila suatu daerah materi penyusunnya atas materi
halus (liat/berdebu) umumnya permeabilitasnya kecil, sedangkan suatu daerah
yang tersusun atas pasir dan kerikil permeabilitasnya besar. Air tanah yang
mengendap di dataran banjir ditambah langsung dari peresapan air susupan.
Permukaan air tanahnya dangkal sehingga pengambilan air dapat dengan sumur
dangkal.
Dataran
alluvial unsur-unsur yang dominan adalah unsur NO2, NO3,
Ca, Mg, Si, dan Fe. Kelebihan Nitrit karena pengaruh zat buangan (urine),
pembusukan organik dari hasil reduksi nitrat yang ada disekitar air tanah
(Karmono dan Joko Cahyo, 1978:11). Hal ini selain dipengaruhi oleh faktor alam
juga sebagai aktivitas manusia misalnya adanya lahan pertanian yang
mengkonsumsi pupuk organik yang mengandung nitrat.
d. Asal-Usul
dan Sifat-Sifat Air Tanah
Adalah hal
yang mutlak bagi para birokrat pengelola sumber daya air (tanah), untuk
memahami asal-usul (origin) dan sifat-sifat (nature) air tanah,
agar tidak terjadi kesalah-pengertian tentang sumberdaya yang dikelola.
Kesalah-pengertian tersebut akan menjadikan tujuan mewujudkan kemanfaatan air
tanah terutama bagi kaum miskin pengelolaan tidak mencapai sasarannya, bahkan
justru akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi keterdapatan air tanah itu
sendiri serta kaum miskin tersebut.
Hal-hal
pokok yang perlu dipahami tentang asal-usul dan sifat-sifat air tanah adalah :
(1)
Pembentukan Air Tanah
Air tanah
adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh
air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan
air permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone
of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga
mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah.
Air tanah
adalah salah satu faset dalam daur hidrologi , yakni suatu peristiwa yang
selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan
kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman,
pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau badan air
dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi tersebut
dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta
komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk
topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta
manusia yang berada di permiukaan.
Air tanah
dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan,
pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air
permukaan, demikian sebaliknya.
(2) Wadah
Air Tanah
Suatu
formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan air
tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air – mata air disebut
akuifer. Lapisan pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang
dapat bertindak sebagai akuifer. Wadah air tanah yang disebut akuifer tersebut
dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan daya meluluskan air yang rendah,
misalnya lempung, dikenal sebagai akuitard. Lapisan yang sama dapat juga
menutupi akuifer, yang menjadikan air tanah dalam akuifer tersebut di bawah
tekanan (confined aquifer). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran
yang menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke
permukaan tanpa membutuhkan pemompaan. Sementara akuifer tanpa lapisan penutup
di atasnya, air tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined aquifer),
sama dengan tekanan udara luar.
Semua
akuifer mempunyai dua sifat yang mendasar: (i) kapasitas menyimpan air tanah
dan (ii) kapasitas mengalirkan air tanah. Namun demikaian sebagai hasil dari
keragaman geologinya, akuifer sangat beragam dalam sifat-sifat hidroliknya
(kelulusan dan simpanan) dan volume tandoannya (ketebalan dan sebaran
geografinya). Berdasarkan sifat-sifat tersebut akuifer dapat mengandung air
tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan sebaran yang luas hingga ribuan km2
atau sebaliknya.
Ditinjau
dari kedudukannya terhadap permukaan, air tanah dapat disebut (i) air tanah
dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi dengan akuifer tak tertekan,
yakni yang tersimpan dalam akuifer dekat permukaan hingga kedalaman –
tergantung kesepakatan – 15 sampai 40 m. (ii) air tanah dalam, umumnya
berasosiasi dengan akuifer tertekan, yakni tersimpan dalam akuifer pada
kedalaman lebih dari 40 m (apabila kesepakatan air tanah dangkal hingga
kedalaman 40 m). Air tanah dangkal umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat
(miskin) dengan membuat sumur gali, sementara air tanah dalam dimanfaatkan oleh
kalangan industri dan masyarakat berpunya.
Sebaran
akuifer serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas kewenangan
administratif pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan
geologis yang mengandung satu akuifer atau lebih dengan penyebaran luas, disebut
cekungan air tanah.
(3)
Pengaliran dan Imbuhan Air Tanah
Air tanah
dapat terbentuk atau mengalir (terutama secara horisontal), dari titik /daerah
imbuh (recharge), seketika itu juga pada saat hujan turun, hingga
membutuhkan waktu harian, mingguan, bulanan, tahunan, puluhan tahun, ratusan
tahun, bahkan ribuan tahun,, tinggal di dalam akuifer sebelum muncul kembali
secara alami di titik/daerah luah (discahrge), tergantung dari kedudukan
zona jenuh air, topografi, kondisi iklim dan sifat-sifat hidrolika akuifer.
Oleh sebab itu, kalau dibandingkan dalam kerangka waktu umur rata-rata manusia,
air tanah sesungguhnya adalah salah satu sumber daya alam yang tak terbarukan.
Saat ini di
daerah-daerah perkotaan yang pemanfaatan air tanah dalamnya sudah sangat intensif,
seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, dan Medan, muka air tanah
dalam (piezometic head) umumnya sudah berada di bawah muka air tanah
dangkal (phreatic head). Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan, yang
sebelumnya air tanah dalam memasok air tanah dangkal (karena piezometic head
lebih tinggi dari phreatic head), saat ini justru sebaliknya air tanah
dangkal memasok air tanah dalam.
Jika jumlah
total pengambilan air tanah dari suatu sistem akuifer melampaui jumlah
rata-rata imbuhan, maka akan terjadi penurunan muka air tanah secara menerus
serta pengurangan cadangan air tanah dalam akuifer. (Seperti halnya aliran uang
tunai ke dalam tabungan, kalau pengeluaran melebihi pemasukan, maka saldo
tabungan akan terus berkurang). Jika ini hal ini terjadi, maka kondisi demikian
disebut pengambilan berlebih (over exploitation) , dan penambangan air
tanah terjadi.
(4). Mutu
Air Tanah
Sifat fisika
dan komposisi kimia air tanah yang menentukan mutu air tanah secara alami
sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun akuifer, jenis tanah/batuan
yang dilalui air tanah, serta jenis air asal air tanah. Mutu tersebut akan
berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap air tanah, seperti
pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan libah, dll
Air tanah
dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat pencemar
dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zat-zat pencemar,
maka tingkat pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat tergantung dari
kedudukan akuifer, besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis tanah/batuan di
zona takjenuh, serta batuan penyusun akuifer itu sendiri. Mengingat perubahan
pola imbuhan, maka air tanah dalam di daerah-daerah perkotaan yang telah
intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat rawan pencemaran, apabila air
tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah tercemar. Air tanah yang
tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang berasal dari air (water
born diseases).
0 komentar:
Posting Komentar