I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah
menentukan konsentrasi kafein dalam sampel teh.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Semula istilah “oksidasi” diterapkan pada
reaksi suatu senyawa yang bergabung dengan oksigen dan istilah “reduksi”
digunakan untuk menggambarkan reaksi dimana oksigen diambil dari suatu senyawa.
Suatu reaksi redoks dapat terjadi apabila suatu pengoksidasian bercampur dengan
zat yang dapat tereduksi. Dari percobaan masing-masing dapat ditentukan
pereaksi dan hasil reaksi serta koefisiennya masing-masing (Syukri, 1999).
Reduksi–oksidasi adalah proses perpindahan
elektron dari suatu oksidator ke reduktor. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan
elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan oksidasi. Sedangkan reaksi
oksidasi adalah pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan bilangan
oksidasi. Jadi, reaksi redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan
elektron atau reaksi penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. Reaksi redoks
secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :
Ared + Boks Aoks + Bred
Jika suatu logam dimasukkan ke dalam larutan yang
mengandung ion logam lain, ada kemungkinan terjadi reaksi redoks, misalnya:
Ni(s) + Cu2+(l) Ni2+
+ Cu(s)
Artinya logam Ni dioksidasi menjadi Ni2+ dan
Cu2+ di reduksi menjadi logam Cu.
Demikian pula
peristiwa redoks tersebut terjadi pada logam lain seperti besi. Sepotong besi yang tertutup lapisan air yang
mengandung oksigen akan mengalami korosi (Arsyad, 2001).
Dalam kehidupan sehari-hari korosi dikenal
dengan besi berkarat yaitu terbentuk senyawa Fe2O3xH2O,
dalam berbagai industri dibutuhkan cukup besar dana untuk mengatasi kerugian
yang disebabkan oleh korosi. Proses korosi pada dasarnya merupakan proses
elektrolisis yaitu reaksi antara logam dengan zat lain yang menyentuh permukaan
sehingga membentuk oksida logam. Besi bertindak sebagai anoda, permukaan logam
dioksidasi dengan reaksi berikut :
Fe Fe2+ + 2e-
Dan reaksi yang terjadi pada karbon sebagai katoda yaitu
:
½ O2 + H2O + 2e- 2OH-
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya korosi, salah
satunya dengan menutup permukaan logam dengan zat lain agar tidak terjadi
kontak langsung dengan lingkungan, seperti memberi cat, mengoleskan minyak atau
oli, atau dengan cara melapisi logam dengan dengan logam lain yang lebih mudah
teroksidasi, misalnya magnesium (Mg). Elektron yang dibutuhkan oleh oksigen
diambil dari magnesium bukan dari logam yang dilindungi. Suatu proses reduksi
dan oksidasi yang berlangsung secara spontan merupakan pengertian lain dari
redoks. Dalam artian, selama berlangsungnya oksidasi, oksidatornya sendiri akan
tereduksi pula. Begitu pula juga sebaliknya. Dengan demikian suatu proses
oksidasi selalu disertai dengan proses reduksi dan sebaliknya. Redoks
kadang-kadang juga sebagai perubahan kimia yang didalamnya terdapat peralihan
elektron dari suatu proses atom atau molekul atau ion lain. Dalam proses-proses
elektrokimia dalam sel-sel oksidasi (pada anoda) dan reduksi (pada katoda) juga
terjadi. Sistem ini pun acap kali dikenal sebagai sistem redoks (Vogel, 1985).
Kafein merupakan alkaloid dengan penamaan
kimia 1, 3,7-trimetil xanthina. Dalam aktivitasnya secara faal, kafein
berfungsi sebagai stimulat/perangsang. Kadar kafein dalam daun teh labih besar
daripada di dalam biji kopi. Kadar kafein di dalam teh adalah sebesar 2-4%,
sedangkan di dalam biji kopi hanya mencapai 0,5% (Vogel, 1985).
Kafein terdapat pada teh, kopi, kola, mente
dan coklat. Selain itu kafein juga dapat diperoleh dari sintesa kimia. Kadar
kafein dalam teh lebih besar dari pada di dalam kopi. Kadar kafein di dalam teh
2-4%, sedangkan di dalam kopi hanya 0,5%. Kafein dapat bereaksi dengan iodium
secara adisi, sehingga kadar kafein dapat diukur dengan larutan Iodium. Untuk
reaksi adisi dengan kafein digunakan iodium berlebih, kelebihan iodium di
analisa dengan titrasi redoks, yaitu penetapan kadar zat berdasarkan atas
reaksi reduksi dan oksidasi (Syukri, 1999).
Iodium merupakan oksidator, sehingga untuk
titrasi dibutuhkan reduktor untuk terjadinya reaksi redoks, misalnya Natrium Thiosulfat
(Na2S2O3)
I2
+ 2e- 2I-
2S2O32-
S4O62- + 2e-
I2
+ 2S2O32- 2I- + S4O62-
Untuk mengetahui kadar kafein, maka terlebih dahulu teh
diekstraksi dengan alkohol. Kemudian larutan yang mengandung kafein ini
ditambahkan larutan iodium yang telah diketahui volume dan konsentrasinya.
Kelebihan iodium setelah terjadi reaksi adisi di titrasi dengan larutan natrium
thiosulfat (Na2S2O3), sehingga iodium yang
teradisi oleh kafein dapat dihitung.
Rumus bangun 1,1,7-trimetil-xanthena
Kristal natrium thiosulfat dengan rumus
kimianya Na2S2O3.5H2O, meskipun
garam natrium thiosulfat mudah dperoleh dalam keadaan murni, tetapi oleh karena
kandungan air krisatalnya tidak dapat diketahui dengan tepat sehingga
larutannya tidak dapat digunakan sebagai larutan standar primer, artinya untuk
menjadi larutan standar, larutan natrium thiosulfat harus distandarisasikan
dahulu menggunakan larutan standar lain (primer) seperti K2Cr2O7,
KIO3, Cu dan lain-lain. Penggunaan pelarut air yang tentunya masih
mengandung CO2 yang dapat bebas, meskipun penguraiannya sangat
lambat. Disamping hal tersebut, terjadinya penguraian juga disebabkan karena
keaktifan bakteri Thiobacillus Thioparus (Arsyad, 2001).
Kalium dikromat merupakan pereaksi oksidasi yang cukup kuat, potensial
standar dari reaksi :
Cr2O7
+ 14 H+ + 6 e- 2Cr2- + 7 H2O
Akan tetapi ia tak sekuat permanganat atau ion Serium
(IV). Keuntungannya adalah tidak mahal, sangat labil dalam larutan, dan dapat
diperoleh dalam bentuk cukup murni untuk pembuatan larutan standar dengan
menimbang langsung. Sering digunakan sebagai larutan standar primer untuk
larutan natrium thiosulfat (Irfan, 1986).
Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri
yang didasarkan pada reaksi redoks. Pada titrasi redoks, sampel yang dianalisis
dititrasi dengan suatu indikator yang bersifat sebagai reduktor atau oksidator,
tergantung sifat dari analit sampel dan reaksi yang diharapkan terjadi dalam
analisis. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen
dari oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor. Bebrapa
contoh dari titrasi redoks antara lain adalah titrasi permanganometri dan titrasi
iodometri/iodimetri. Titrasi iodometri menggunakan larutan iodium (I2)
yang merupakan suatu oksidator sebagai larutan standar. Larutan iodium dengan
konsentrasi tertentu dan jumlah berlebih ditambahkan ke dalam sampel, sehingga
terjadi reaksi antara sampel dengan iodium. Selanjutnya sisa iodium yang
berlebih dihiung dengan cara mentitrasinya dengan larutan standar yang
berfungsi sebagai reduktor (Karyadi, 1994).
III.
ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan
pada percobaan ini adalah labu takar 100 mL, erlenmeyer, timbangan, gelas
beker, kertas saring, corong, batang pengaduk, dan buret..
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan
pada percobaan ini adalah K2Cr2O7, HCl pekat,
larutan Kl 1 N, larutan amilum, larutan Na2S2O3 0,1
N, teh sepeda balap, akuades, alkohol, H2SO4
10%, larutan iodium 0,1 N, dan indikator kanji.
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Standarisasi Larutan Natrium Tiosulfat
1. Dimasukkan
25 mL larutan K2Cr2O7 dalam labu takar 100 mL,
kemudian encerkan sampai batas.
2. Dipindahkan
seluruh larutan dalam Erlenmeyer, ditambahkan 6 mL HCl pekat.
3. Ditambahkan
30 mL larutan KI 1 N, dikocok hingga homogen.
4. Ditambahkan
larutan amilum, kemudian larutan dititrasi dengan larutan Na2S2O3
0,1 N yang ingin distandarisasi hingga warna larutan berubah
menjadi hijau.
B. Analisis Kadar Kafein dalam Teh
a. Preparasi
Sampel Teh
1. Ditimbang 25 gram teh kering, dimasukkan dalam gelas beker.
2. Ditambahkan 100 mL akuades, kemudian didihkan larutan sampai 30 menit
sambil diaduk sesekali. Angkat, lalu disaring.
3. Diuapkan filtrat yang diperoleh hingga volumenya berkurang menjadi
sekitar 20 mL, diangkat dan didinginkan filtrat.
b. Analisis
Kadar Kafein dalam Teh
1. Dimasukkan filtrat teh hasil preparasi dalam labu takar 100 mL,
ditambahkan 25 mL alkohol, dikocok sekitar 5 menit sampai homogen.
2. Ditambahkan 5 mL H2SO4 10% dan 20 mL larutan
iodium 0,1 N ke dalam labu takar, diencerkan sampai batas, kemudian kocok
larutan sampai homogen.
3. Diambil 20 mL larutan, dimasukkan dalam erlenmeyer, ditambahkan
indikator kanji.
4. Dititrasi
dengan larutan Na2S2O3 0,1 N hingga warna biru
hilang. Titrasi dilakuakn sebanyak 3 kali pengulangan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
a. standarisasi larutan natrium tiosulfat
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
Dimasukkan 25 mL larutan K2Cr2O7 dalam
labu takar, diemcerkan sampai tanda batas
|
V K2Cr2O7 mula-mula = 25 mL
V K2Cr2O7 stlh diencerkan = 100
mL
|
Seluruh larutan dipindahkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 6 mL
HCl pekat
|
_
|
Ditambahkan 30 mL larutan KI 1 N, kocok hingga homegen, dititrasi
|
Larutan berwarna coklat tua
|
Ditambahkan larutan amilum, titrasi dengan Na2S2O3
0,1 N yang ingin distandarisasi hingga larutan berwarna hijau
|
V = 39,45 ml
|
b. analisis kadar kafein dalam teh sepeda balap
preparasi
sampel teh
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
Ditimbang teh kering
Dimasukkan dalam gelas beker
|
m = 2,5 gram
|
Ditambahkan akuades 100 mL, didihkan selama
30 menit. Diangkat lalu disaring
|
_
|
Filtrat diuapkan hingga volumenya berkurang
menjadi 20 mL, diangkat lalu dinginkan.
|
_
|
analisis kadar kafein dalam teh
Langkah Percobaan
|
Hasil Pengamatan
|
Filtrat teh hasil preparasi dimasukkan dalam
labu takar 100 mL, ditambahkan 25 mL alkohol, dikocok sekitar 5 menit sampai
homogen
|
_
|
Ditambahkan 5 mL H2SO4 10% dan larutan
iodium 0,1 N ke dalam labu takar, diencerkan sampai batas kemudian kocok
samapai homogen
|
_
|
20 mL larutan diambil, dimasukkan dalam
erlenmeyer, ditambahkan indikator kanji
|
_
|
Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1
N hingga warna biru hilang
|
Vrata-rata campuran = 20 mL
Vrata-rata Na2S2O7 =
4,95 mL
|
2. Perhitungan
a. standarisasi larutan Na2S2O3
Diketahui : Konsentrasi Cr2O7 = N label x Volume
sebelumpengenceran
Volume sesudah pengenceran
= 0,1 N x 25 ml/ 100 ml = 0,025 N
Volume Cr2O7 sebelum pengenceran = 25 ml
Volume Cr2O7 sesudah pengenceran = 100 ml
Volume S2O3
= 39,45 ml
Ditanya : Konsentrasi S2O32-
(N) = …..
Jawab : (i) Cr2O72-
+ 6I- + 14H+ 2 Cr3+ + 7H2O +
3I2
Pada titik ekivalen, grek Cr2O72- = grek I2
(ii) I2 + 2S2O32- 2I-
+ S4O62-
Pada titik
ekivalen, grek S2O32- = grek I2
I2 yang bereaksi pada reaksi (ii) = I2 yang
dihasilkan pada reaksi (i) sehingga grek S2O32- =
grek Cr2O72-
(N.V) x S2O32- = (N.V) x Cr2O72-
N S2O32- = (N.V) x Cr2O72-
V S2O32-
N S2O32- = 0,025 N x 100 ml
39,45 ml
= 0,063 N
b. Analisis kadar kafein dalam teh sepeda balap
Diketahui : Konsentrasi S2O32- = 0,063 N
Volume S2O32- = 4,95 ml
Konsentrasi I2 = 0,1 N
Volume I2 =
20 ml
Mr Kafein = 194
mgram/mmol
V awal = 20 ml
V pengenceran = 100 ml
Ditanya : Kadar Kafein = …..
Jawab : (i) kafein + I2 = senyawa reaksi hasil adisi
(ii) 2Na2S2O3 + I2 2
NaI + Na2S4O6
grek kafein + grek Na2S2O3 = grek
I2
grek kafein = grek I2 - grek Na2S2O3
massa kafein = (grek kafein/ 2 ) x Mr kafein x
faktor pengenceran
= (N . V ) I2 - ( N . V ) S2O32- x Mr x V
sesudah
2 V sebelum
= (0,1 N x 20 ml) – (0,063 N x 4, 95 ml) x 194 x
100/20
= 1637,51 mgram
= 1, 637 gram.
Kadar kafein = massa kafein x 100%
massa mula-mula
= 1,637
x 100% = 65,48%
2,5
B. Pembahasan
Pada standarisasi natrium thiosulfat, yang dilakukan adalah mengencerkan 25
ml larutan K2Cr2O7, 6 ml HCl dan 30 ml KI
serta iodium yang dibebaskan melalui titrasi dengan natrium thiosulfat dengan menggunakan
indikator amilum. Penggunaan larutan standar yang mengandung
kalium iodida dan kalium iodat karena larutan ini sangat stabil dan
menghasilkan iod bila diolah dengan asam
IO3-
+ 5I- 3I2 + 3H2O
Untuk volume titrasi yang dihasilkan pada proses standarisasi ini yaitu
berubahnya warna dari coklat tua menjadi kuning muda, dan setelah ditambahkan
amilum dan kemudian dititrasi kembali maka perubahan warna yang terjadi adalah
dari biru tua menjadi hijau. Standarisasi thiosulfat ini dilakukan agar larutan
natrium thiosulfat menjadi larutan standar primer dan hal ini juga diperlukan
agar kita dapat mengetahui konsentrasi larutan natrium thiosulfat tersebut
yaitu sebesar 0,063 N.
Pada analisa kadar kafein dalam teh, alkohol yang digunakan dalam percobaan
berguna untuk memisahkan senyawa organik dengan zat organik yang terkandung
dalam teh, karena dalam teh tidak hanya mengandung teh tetapi juga mengandung
zat-zat lain seperti minyak oli yang merupakan pewangi teh. Penambahan asam
sulfat membuat reaksi berada dalam suasana agar reaksi yang terjadi, karena
kepekatan lebih besar dalam larutan asam daripada dalam larutan netral dan
lebih basa dengan adanya ion iodium yang ditambah dan kelebihan iodium setelah
terjadi reaksi adisi.
Penggunaan natrium thiosulfat sebagai larutan yang akan terurai dalam
larutan belerang sebagai endapan. Akan tetapi reaksinya berlangsung lambat dan
tidak terjadi apabila thiosulfat dititrasi dengan larutan berasam. Pada iodium
jika larutannya tidak diaduk maka reaksi antara iodium dengan thiosulfat jauh
lebih cepat dari pada penguraian. Iodium mengoksidasi thiosulfat menjadi ion
tetraionat reaksinya
I2 +
2S2O32- 2I- + S4O62-
Pada titrasi digunakan indikator kanji yang berbentuk ion komplek berwarna
biru yang berasal dari amilum, reaksi yang menunjukkan adalah sebagai berikut:
I2 +
amilum I2-amilum.
Setelah dilakukan titrasi maka reaksi yang terjadi adalah:
I2 +
2S2O32- 2I- + S4O62-
Penggunaan indikator kanji atau amilum ini
dalam proses titrasi natrium thiosulfat dan teh karena natrium thiosulfat lebih
kuat pereaksinya dibandingkan dengan amilum sehingga amilum atau larutan kanji
tersebut dapat didesak keluar dari proses reaksi tersebut. Jadi hal ini
menyebabkan warna berubah kembali seperti semula setelah dilakukannya titrasi
dengan natrium thiosulfat. Dari perhitungan diperoleh massa kafein sebesar
1,637 gram, sehingga konsentrasi kafein pada proses titrasi dengan menggunakan
sampel teh sepeda balap adalah 65,48%.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini adalah
sebagai berikut:
1. Normalitas
larutan standar S2O32- sebesar 0,063 N.
2. Massa kafein yang terkandung dalam teh sepeda
balap adalah sebesar 1,637 gr.
3. Kadar kafein pada teh sepeda balap sebesar 65,48%.
4. Standarisasi digunakan untuk mengetahui
konsentrasi atau normalitas dari suatu larutan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah.
Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Irfan, Anshary. 1986. Penuntun Pelajaran Kimia. Ganeca
Exact, Bandung.
Karyadi, Benny.
1994. Kimia
2.
Balai Pustaka, Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. ITB, Bandung.
Vogel,1985. Analisa Anorganik Kualitatis.
Kalmen Media Pustaka, Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar