PERCOBAAN III
PEMISAHAN CAMPURAN YANG TIDAK SALING BERCAMPUR
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini
adalah untuk memahami fenomena perpindahan massa di antara dua cairan yang
tidak saling campur dan memahami sifat-sifat kelarutan senyawa-senyawa organik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ekstraksi campuran-campuran
merupakan suatu teknik dimana suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat
bersentuhan dengan suatu pelarut kedua (biasanya organik), yang pada hakikatnya
tidak tercampurkan dengan yang pertama, dan menimbulkan perpindahan satu atau
lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Untuk suatu zat terlarut
A yang didistribusikan antara dua fasa tidak tercampurkan a dan b, hukum
distribusi (atau partisi) Nernst menyatakan bahwa asal keadaan molekulnya sama
dalam kedua cairan dan temperatur adalah konstan :
Dimana KD adalah sebuah
tetapan, yang dikenal sebagai koefisien distribusi (atau koefisien partisi)
(Basset, 1994).
Hukum distribusi atau partisi dapat
dirumuskan: bila suatu zat terlarut terdistribusi antara dua pelarut yang tidak
dapat campur, maka pada suatu temperatur yang konstan untuk setiap spesi
molekul terdapat angka banding distribusi yang konstan antara kedua pelarut
itu, dan angka banding distribusi ini tidak tergantung pada spesi molekul lain
apapun yang mungkin ada. Harga angka banding berubah dengan sifat dasar
pelarut, sifat dasar zat terlarut, dan temperatur (Svehla, 1990).
Hukum ini dalam bentuk yang
sederhana, tidak berlaku bila spesi yang didistribusikan itu mengalami
disosiasi atau asosiasi dalam salah satu fasa tersebut. Pada penerapan praktis
ekstraksi pelarut ini, terutama kalau kita perhatikan fraksi zat terlarut total
dalam fasa yang satu atau yang lainnya, tidak peduli bagaimanapun cara-cara
disosiasi, asosiasi atau interaksinya dengan spesi-spesi lain yang terlarut.
Untuk memudahkan, diperkenalkan istilah angka banding distribusi D (atau
koefisien ekstraksi E).
Dimana lambang CA menyatakan
konsentrasi A dalam semua bentuknya seperti yang ditetapkan secara analitis
(Basset, 1994).
Partisi zat-zat terlarut antara dua
cairan yang tidak dapat campur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk
pemisahan analitis. Bila suatu zat terlarut membagi diri antara dua cairan yang
tidak dapat campur, ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat
terlarut dalam dua fasa pada kesetimbangan. Suatu zat terlarut akan membagi
dirinya antara dua zairan yang tidak dapat campur. Sedemikian rupa sehingga
angka banding konsentrasai pada kesetimbangan adalah konstanta pada temperatur
tertentu.
Disini aA1 menyatakan aktivitas zat terlarut A
dalam fasa 1. tetapan sejati KDA disebut koefisien distribusi dari
spesies A (Underwood, 1998).
Ekstraksi meliputi distribusi zat
terlarut diantara dua pelarut yang tidak dapat campur. Pelarut umum dipakai
adalah air dan pelarut organik lain seperti CHCl3, eter atau
pentana. Garam anorganik, asam-asam dan basa-basa yang dapat larut dalam air
bisa dipisahkan dengan baik melalui ekstraksi ke dalam air dari pelarut yang
kurang polar. Ekstraksi lebih efisien bila dilakukan berulang kali dengan
jumlah pelarut yang lebih kecil daripada jumlah pelarutnya banyak tetapi
ekstraksinya hanya sekali (Arsyad, 2001).
Tiga metode dasar pada ekstraksi
cair-cair adalah ekstraksi bertahap, ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter
current. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup
dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut
semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi
yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan
didiamkan dan dipisahkan (Khopkar, 1990).
Kesempurnaan ekstraksi tergantung
pada pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika
jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut
sedikit-sedikit. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:
Dimana :
Wn = W gram zat terlarut yang
tersisa setelah n kali ekstraksi
W = W gram zat terlarut mula-mula
V = V ml larutan fasa 1
D = angka banding distribusi
S = S ml pelarut lain fasa 2 yang
tidak saling bercampur dengan fasa 1
n = n kali ekstraksi
Ini memperlihatkan bahwa ekstraksi
sempurna jika S kecil dan n besar. Jadi hasil yang baik diperoleh dengan jumlah
ekstraksi yang relatif besar dan jumlah pelarut yang kecil (Khopkar, 1990).
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Alat-alat yang digunakan pada
percobaan ini adalah corong pisah 250 ml, erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 50 ml,
pipet ukur 25 ml, buret 50 ml.
B. BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan
ini adalah asam asetat, benzena, kloroform, NaOH, CCl4, indikator
pp, dan akuades.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Memasukkan
20 ml CH3COOH, ke dalam erlenmeyer menambahkan indikator pp tiga
tetes, kemudian mentitrasi dengan NaOH 2 N. Mencatat volume awal dan akhir
titrasi, mengamati yang terjadi.
2. Memasukkan
20 ml CH3COOH, ke dalam corong pisah 250 ml, menambahkan 20 ml
kloroform, mengocok dan mendiamkan sampai terbentuk dua lapisan, kemudian
memisahkan. Memasukkan bagian yang merupakan lapisan air ke dalam erlenmeyer
dan mengencerkan hingga 100 ml dan menambahkan indikator pp. Kemudian
mentitrasi dengan NaOH 2 N. Mencatat volume awal dan akhir titrasi. Mengamati
yang terjadi. Melalukan percobaan ini kembali, mengganti kloroform dengan
benzena.
3. Memasukkan
20 ml CH3COOH, ke dalam corong pisah 250 ml, menambahkan 10 ml
kloroform, mengocok dan mendiamkan sampai terbentuk dua lapisan, kemudian
memisahkan. Memasukkan bagian yang merupakan lapisan air ke dalam corong pisah
250 ml, mengocok dan mendiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Mengambil dan
memasukkan bagian yang merupakan lapisan air ke dalam erlenmeyer, mengencerkan
hingga 100 ml dan menambahkan indikator pp. Kemudian mentitrasi dengan NaOH 2
N. Mencatat volume awal dan akhir titrasi. Mengamati yang terjadi. Melalukan
percobaan ini kembali, mengganti kloroform dengan benzena.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Dan Perhitungan
1. Hasil
No.
|
Percobaan
|
Pengamatan
|
1.
2.
3.
|
20 ml CH3COOH + indikator pp
Dititrasi dengan NaOH 2 N
20 ml CH3COOH + 20 ml kloroform
Lapisan air + indikator pp
Dititrasi dengan NaOH 2 N
20 ml CH3COOH + 10 ml kloroform
Lapisan air + indikator pp
Dititrasi dengan NaOH 2 N
|
Warna bening
V = 23,7 ml; warna merah muda
Warna bening
V = 21,4 ml; warna merah muda
Warna bening
V = 22,7 ml; warna merah muda
|
2. Perhitungan
2.1. Penentuan koefisien distribusi
(Kd)
- Untuk asam asetat pada pelarut
kloroform dan air
a. Menentukan konsentrasi CH3COOH
total
Diketahui : M NaOH = 0,1 N
V NaOH = 23,7 ml
V CH3COOH = 20 ml
Ditanyakan : M CH3COOH
total
Jawab :
= 0,1185 N
b. Menentukan konsentrasi CH3COOH
sisa
Perhitungan I.
Diketahui : M NaOH = 0,1 N
V NaOH = 21,4 ml
V CH3COOH = 20 ml
Ditanyakan : M CH3COOH sisa
Jawab :
= 0,107 N
Perhitungan II.
Diketahui : M NaOH = 0,1 N
V NaOH = 22,7 ml
V CH3COOH = 20 ml
Ditanyakan : M CH3COOH sisa
Jawab :
= 0,1135 N
c. Menentukan massa CH3COOH
total dalam air
Diketahui : M CH3COOH
total = 0,1185 N
V CH3COOH total = 20 ml =
0,02 L
BM CH3COOH = 60 g/mol
Ditanyakan : massa CH3COOH
total dalam air
Jawab :
Massa CH3COOH total =
(M.V.BM) CH3COOH
= 0,1185 N x 0,02 L x 60 g/mol
= 0,1422 g
d. Menentukan
massa CH3COOH sisa dalam air
Perhitungan I.
Diketahui : M CH3COOH
sisa = 0,107 N
V CH3COOH sisa = 20 ml =
0,02 L
BM CH3COOH = 60 g/mol
Ditanyakan :
massa CH3COOH sisa dalam air
Jawab :
Massa CH3COOH sisa =
(M.V.BM) CH3COOH
= 0,107 N x 0,02 L x 60 g/mol
= 0,1284 g
perhitungan II.
Diketahui : M CH3COOH
sisa = 0,1135 N
V CH3COOH sisa = 20 ml =
0,02 L
BM CH3COOH = 60 g/mol
Ditanyakan : massa CH3COOH
sisa dalam air
Jawab :
Massa CH3COOH sisa =
(M.V.BM) CH3COOH
= 0,1135 N x 0,02 L x 60 g/mol
= 0,1362 g
e. Menentukan
massa CH3COOH dalam CHCl3
Perhitungan I.
Diketahui :
massa CH3COOH total = 0,1422 g
massa CH3COOH
sisa dalam air = 0,1284
g
Ditanyakan : massa CH3COOH
dalam CHCl3
Jawab :
Massa CH3COOH (CHCl3)
= massa CH3COOH (total – air)
= 0,1422 g – 0,1284 g =0,0138 g
Perhitungan II.
Diketahui :
massa CH3COOH total = 0,1422 g
massa CH3COOH
sisa dalam air = 0,1362
g
Ditanyakan : massa CH3COOH
dalam CHCl3
Jawab :
Massa CH3COOH (CHCl3)
= massa CH3COOH (total – air)
= 0,1422 g – 0,1362 g
= 0,006 g
f. Menentukan konsentrasi CH3COOH
dalam CHCl3
Perhitungan I.
Diketahui : Massa CH3COOH
(CHCl3) = 0,0138 g
BM CH3COOH = 60 g/mol
V CHCl3 = 0,02 L
Ditanyakan : M CH3COOH
dalam CHCl3
Jawab :
= 0,0115 N
Perhitungan II.
Diketahui : Massa CH3COOH
(CHCl3) = 0,006 g
BM CH3COOH = 60 g/mol
V CHCl3 = 0,02 L
Ditanyakan : M CH3COOH
dalam CHCl3
Jawab :
= 0,005 N
g. Menentukan
koefisien distribusi (Kd)
Perhitungan I.
Diketahui : M CH3COOH
(CHCl3) = 0,0115 N
M CH3COOH (air) = 0,107 N
Ditanyakan : M CH3COOH
total
Jawab : Kd
= 0,1075
Perhitungan II.
Diketahui : M CH3COOH
(CHCl3) = 0,005 N
M CH3COOH (air) = 0,1135
N
Ditanyakan : M CH3COOH
total
Jawab : Kd
= 0,044
2.2. Penentuan massa zat yang tersisa
(Wn)
Perhitungan I.
- Untuk asam asetat pada pelarut
kloroform dan air
Diketahui : Wo = 0,1422 g
V = 20 ml = 0,02 L
S = 20 ml = 0,02 L
Kd = 0,1075
n = 1
Ditanyakan : Wn
Jawab :
= 0,1286 gram
Perhitungan II.
- Untuk asam asetat pada pelarut kloroform
dan air
Diketahui : Wo = 0,1422 g
V = 20 ml = 0,02 L
S = 20 ml = 0,02 L
Kd = 0,044
n = 1
Ditanyakan : Wn
Jawab :
= 0,1362 gram
B. Pembahasan
Berdasarkan hukum Nernst, jika suatu
larutan (dalam air) mengandung zat organik A dibiarkan bersentuhan dengan
pelarut organik yang tidak bercampur dengan air, maka zat A akan terdistribusi
baik ke dalam lapisan air (fasa air) dan lapisan organik (fasa organik). Dimana
pada saat kesetimbangan terjadi, perbandingan konsentrasi zat terlarut A di dalam
kedua fasa itu dinyatakan sebagai nilai Kd atau koefisien distribusi
(partisi) dengan perbadingan konsentrasi zat terlarut A di dalam kedua fasa
organik-air tersebut adalah pada temperatur tetap.
Ekstraksi-cair-cair tak kontinyu
atau dapat disebut juga ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling
sederhana, murah dan sering digunakan untuk pemisahan analitik. Ekstraksi
bertahap baik digunakan jika perbandingan distribusi besar. Alat pemisah yang
biasa digunakan pada ekstraksi bertahap adalah corong pemisah. Caranya sangat
mudah, yaitu cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak
bercampur dengan pelarut semula, kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi
kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan. Setelah
terbentuk dua lapisan, campuran dipisahkan untuk dianalisis kandungan
konsentrasi zat terlarut tersebut.
Kesempurnaan ekstraksi bergantung
pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Semakin sering kita melakuka
ekstraksi, maka semakin banyak zat terlarut terdistribusi pada salah satu
pelarut dan semakin sempurna proses pemisahannya. Jumlah pelarut yang digunakan
untuk tiap kali mengekstraksi juga sedikit, sehingga ketika ditotal jumlah
pelarut untuk ekstraksi tersebut tidak terlalu besar agar dicapai kesempurnaan
ekstraksi. Hasil yang baik diperoleh dengan jumlah ekstraksi yang relatif besar
dengan jumlah pelarut yang kecil.
Senyawa-senyawa organik, misalnya
dalam percobaan ini digunakan asam asetat umumnya relatif lebih suka larut ke
dalam pelarut-pelarut organik daripada ke dalam air, sehingga senyawa-senyawa
organik mudah dipisahkan dari campurannya yang mengandung air atau larutannya.
Metode penentuan koefisien distribusi asam asetat dilakukan dengan penentuan
konsentrasi asam asetat baik yang ada dalam fasa air maupun fasa organik.
Pelarut organik yang digunakan dalam percobaan ini adalah kloroform, dan CCl4
sedangkan pelarut organik benzena tidak digunakan dalam percobaan ini.
Langkah pertama asam asetat
dititrasi dengan NaOH 0,1 N menggunakan indikator pp sampai berubah warna dari
bening menjadi merah muda. Titrasi ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar
massa asam asetat total yang akan terdistribusi pada pelarut organik dan air.
Langkah berikutnya, asam asetat
diekstraksi dengan mencampurkan pada pelarut organik seperti kloroform, dan CCl4.
Ketika dimasukkan ke dalam corong pisah, kedua fasa tersebut tidak saling
campur. Campuran ini kemudian dikocok beberapa menit, sehingga mengakibatkan
terjadinya distribusi asam asetat ke dalam fasa organik dan fasa air. Fungsi
pengocokan disini untuk membesar luas permukaan untuk membantu proses
distribusi asam asetat pada kedua fasa.
Setelah tercapai kesetimbangan pada
corong pisah, campuran kemudian didiamkan dan terbentuk dua lapisan. Pada
pelarut kloroform, asam asetat yang larut dalam air akan berada di
lapisan atas, sedangkan larutan asam asetat yang larut dalam pelarut kloroform
berada pada lapisan bawah. Pada pelarut CCl4, asam asetat yang larut
dalam air akan berada di lapisan atas, sedangkan larutan asam asetat yang larut
dalam pelarut CCl4 berada pada lapisan bawah. Hal ini terjadi karena
perbedaan berat jenis pelarut organik dengan berat jenis air.
Larutan asam asetat yang larut dalam
air (lapisan airnya) diambil, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N dan
indikator pp. Pada titik akhir titrasi terjadi perubahan warna dari bening
menjadi merah muda. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
CH3COOH + NaOH CH3COONa
+ H2O
Dari perhitungan diperoleh perbedaan
nilai koefisien distribusi asam asetat pada pelarut organik yang berbeda
(kloroform, dan CCl4) yang tidak bercampur. Dimana koefisien
distribusi pada kloroform lebih besar daripada koefisien distribusi pada CCl4
yaitu berturut-turut sebesar 0,1075 dan 0,044. Perbedaan ini menunjukkan proses
ekstraksi cair-cair dengan kloroform memberikan tingkat distribusi asam asetat
yang lebih besar daripada kemampuan pelarut lain atau CCl4.
Secara teknik, faktor pengocokan
sangat penting dan mempengaruhi proses distribusi suatu larutan organik pada
pelarut organik dan air yang tidak saling campur. Selain itu, temperatur juga
mempengaruhi proses ekstraksi, karena ekstraksi harus dilakukan pada tempertur
konstan.
Massa asam asetat (CH3COOH)
sisa dalam pelarut air adalah sebesar 0,284 g dan 0,1362 g berturut-turut pada
pelarut organik yang berbeda yaitu kloroform, dan CCl4. Hal ini
menunjukkan, semakin kecil Kd yang dihasilkan akan diperoleh massa
zat sisa terlarut pada pelarut air yang besar.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
percobaan ini adalah :
1. Teknik pemisahan dua campuran
yang tidak saling campur didasarkan pada metode ekstraksi cair-cair tidak
kontinyu, dimana kelarutan spesi zat terlarut dalam sistem organik-air
tergantung pada kedua jenis pelarut.
2. Teknik pemisahan dua campuran
yang tidak saling campur digunakan untuk proses pemisahan suatu cairan organik
dari suatu campuran (pelarut organik dan air).
3. Koefisien distribusi adalah
perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam fasa pelarut organik dengan
konsentrasi terlarut dalam air.
4. Koefisien distribusi (Kd)
pada kloroform (CHCl3) adalah sebesar 0,1075 dan koefisien
distribusi pada karbon tetraklorida (CCl4) adalah sebesar 0,044.
5. Massa asam asetat (CH3COOH)
sisa dalam pelarut air adalah sebesar 0,284 g dan 0,1362 g berturut-turut pada
pelarut organik yang berbeda yaitu kloroform dan CCl4.
6. Semakin kecil Kd yang
dihasilkan akan diperoleh massa zat sisa terlarut pada pelarut air yang besar.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M. N. 1997. Kamus Kimia
Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar
Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar
Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Svehla, G. 1985. Buku Teks
Analisis Anorganik Kualitatif Mikro dan Semimikro. PT. Kalman Media
Pustaka. Jakarta.
Underwood, A. L dan Day A. R. 1990. Analisis
Kimia Kuantitatif Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar