Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi
yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian
sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam
satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara
fasa stationer dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut
diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil adalah molekul pelarut yang
mengisi ruang antar partikel yang ter adsorbsi.
Contoh khas
kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas
karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik (Gambar
12.3).
Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti alumina,
silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya
diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom
dari atas sehingga sammpel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut
(fasa mobil; pembawa) ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom.
Partisi
zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil)
dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama
perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan
partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat
terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat
terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa
lapisan.
Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut
yang cocok untuk memberikan spesimen murninya. Nilai R didefinisikan
untuk tiap zat etralrut dengan persamaan berikut.
R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang ditempuh pelarut/fasa mobil).
Gambar 12.3 Diagram skematik kromatografi
0 komentar:
Posting Komentar