Oleh: Surahmat (Yogyakarta)
ุงَْูุญَู
ْุฏُ َِِّููู ุฑَุจِّ ุงْูุนَุงَูู
َِْูู. َูุฃَุดَْูุฏُ ุฃَْู ูุงَ
ุฅََِูู ุฅِูุงَّ ุงُููู َูุญْุฏَُู ูุงَ ุดَุฑَِْูู َُูู، َูุฃَุดَْูุฏُ ุฃََّู ู
ُุญَู
َّุฏًุง ุนَุจْุฏُُู
َูุฑَุณُُُْููู. ุงََُّูููู
َّ ุตَِّู َูุณَِّูู
ْ َูุจَุงุฑِْู ุนََูู ู
ُุญَู
َّุฏٍ ุนَุจْุฏَِู َูุฑَุณَُِْููู،
ุงََّููุจِِّู ุงْูุฃُู
ِِّّู َูุนََูู ุขِِูู َูุตَุญْุจِِู ุฃَุฌْู
َุนَِْูู. ุฃَู
َّุง ุจَุนْุฏُ؛
ََููุง ุฃََُّููุง ุงْูู
ُุณِْูู
َُْูู، ุงِุชَُّููุง
ุงَููู ู
َุง ุงุณْุชَุทَุนْุชُู
ْ، َูุงุชَُّููุง ุงَููู َูุนََُّููู
ْ ุชُِْููุญَُْูู. َูุงَู ุงُููู
ุชَุนَุงَูู ِูู ุงُْููุฑْุขِู ุงَْููุฑِْูู
ِ،: {
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia rahimakumullah
Ada dua hal yang umumnya dicari oleh
manusia dalam hidup ini. Yang pertama ialah kebaikan (al-khair), dan
yang kedua ialah kebahagiaan (as-sa’adah). Hanya saja masing-masing
orang mempunyai pandangan yang berbeda ketika memahami hakikat keduanya.
Perbedaan inilah yang mendasari munculnya bermacam ragam gaya hidup manusia.
Dalam
pandangan Islam gaya hidup tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua golongan,
yaitu: 1) gaya hidup Islami, dan 2) gaya hidup jahili.
Gaya
hidup Islami mempunyai landasan yang mutlak dan kuat, yaitu Tauhid. Inilah gaya
hidup orang yang beriman. Adapun gaya hidup jahili, landasannya bersifat
relatif dan rapuh, yaitu syirik. Inilah gaya hidup orang kafir.
Setiap
Muslim sudah menjadi keharusan baginya untuk memilih gaya hidup Islami dalam
menjalani hidup dan kehidupan-nya. Hal ini sejalan dengan firman Allah berikut
ini:
Artinya:
Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha
Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (QS. Yusuf:
108).
Berdasarkan ayat tersebut jelaslah bahwa bergaya hidup Islami hukumnya wajib
atas setiap Muslim, dan gaya hidup jahili adalah haram baginya. Hanya saja
dalam kenyataan justru membuat kita sangat prihatin dan sangat menyesal, sebab
justru gaya hidup jahili (yang diharamkan) itulah yang melingkupi sebagian
besar umat Islam. Fenomena ini persis seperti yang pernah disinyalir oleh
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam . Beliau bersabda:
ูุงَ ุชَُْููู
ُ ุงูุณَّุงุนَุฉُ ุญَุชَّู ุชَุฃْุฎُุฐَ ุฃُู
َّุชِْู ุจِุฃَุฎْุฐِ
ุงُْููุฑُِْูู َูุจََْููุง ุดِุจْุฑًุง ุจِุดِุจْุฑٍ َูุฐِุฑَุงุนًุง ุจِุฐِุฑَุงุนٍ. ََِْูููู: َูุง ุฑَุณَُْูู
ุงِููู، ََููุงุฑِุณَ َูุงูุฑُّْูู
ِ. ََููุงَู: َูู
َِู ุงَّููุงุณُ ุฅِูุงَّ ุฃَُูููุฆَِู. (ุฑูุงู
ุงูุจุฎุงุฑู ุนู ุฃุจู ูุฑูุฑุฉ، ุตุญูุญ).
Artinya:
“Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad
sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta”. Ada orang yang
bertanya, “Ya Rasulullah, mengikuti orang Persia dan Romawi?” Jawab Beliau, “Siapa
lagi kalau bukan mereka?” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah z, shahih).
َูุชَุชَّุจِุนََّู ุณَََูู ู
َْู َูุงَู َูุจَُْููู
ْ ุดِุจْุฑًุง ุจِุดِุจْุฑٍ
َูุฐِุฑَุงุนًุง ุจِุฐِุฑَุงุนٍ ุญَุชَّู َْูู ุฏَุฎَُْููุง ุฌُุญْุฑَ ุถَุจٍّ ุชَุจِุนْุชُู
ُُْููู
ْ. َُْูููุง:
َูุง ุฑَุณَُْูู ุงِููู، ุงََُْْููููุฏُ َูุงَّููุตَุงุฑَู. َูุงَู: َูู
َْู. (ุฑูุงู ุงูุจุฎุงุฑู ุนู
ุฃุจู ุณุนูุฏ ุงูุฎุฏุฑู، ุตุญูุญ).
Artinya:
“Sesungguhnya kamu akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kamu,
sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan kalau mereka masuk ke
lubang biawak, niscaya kamu mengikuti mereka”. Kami bertanya,”Ya Rasulullah,
orang Yahudi dan Nasrani?” Jawab Nabi, “Siapa lagi?” (HR. Al-Bukhari dari
Abu Sa’id Al-Khudri z, shahih).
Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah.
Hadits tersebut menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam
telah kehilangan kepribadian Islamnya karena jiwa mere-ka telah terisi oleh
jenis kepribadian yang lain. Mereka kehilangan gaya hidup yang hakiki karena
telah mengadopsi gaya hidup jenis lain. Kiranya tak ada kehilangan yang patut
ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. Sebab
apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau gaya hidup tak lagi Islami
malah persis seperti orang kafir? Inilah bencana kepribadian yang paling besar.
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam bersabda:
ู
َْู ุชَุดَุจََّู ุจَِْููู
ٍ ََُููู ู
ُِْููู
ْ. (ุฑูุงู ุฃุจู ุฏุงูุฏ ูุฃุญู
ุฏ
ุนู ุงุจู ุนุจุงุณ).
Artinya:
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (HR.
Abu Dawud dan Ahmad, dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu hasan).
Menurut hadits tersebut orang yang gaya hidupnya menyerupai umat yang lain (tasyabbuh)
hakikatnya telah menjadi seperti mereka. Lalu dalam hal apakah tasyabbuh
itu?
Al-Munawi
berkata: “Menyerupai suatu kaum artinya secara lahir berpakaian seperti
pakaian mereka, berlaku/ berbuat mengikuti gaya mereka dalam pakaian dan adat
istiadat mereka”.
Tentu
saja lingkup pembicaraan tentang tasyabbuh itu masih cukup luas, namun
dalam kesempatan yang singkat ini, tetap mewajibkan diri kita agar
memprihatinkan kondisi umat kita saat ini.
Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah
Satu di antara berbagai bentuk tasyabbuh yang sudah membudaya dan
mengakar di masyarakat kita adalah pakaian Muslimah. Mungkin kita boleh
bersenang hati bila melihat berbagai mode busana Muslimah telah mulai bersaing
dengan mode-mode busana jahiliyah. Hanya saja masih sering kita menjumpai
busana Muslimah yang tidak memenuhi standar seperti yang dikehendaki syari’at.
Busana-busana itu masih mengadopsi mode ekspose aurat sebagai ciri pakaian
jahiliyah. Adapun yang lebih memprihatinkan lagi adalah busana wanita kita pada
umumnya, yang mayoritas beragama Islam ini, nyaris tak kita jumpai mode pakaian
umum tersebut yang tidak mengekspose aurat. Kalau tidak memper-tontonkan aurat
karena terbuka, maka ekspose itu dengan menonjolkan keketatan pakaian. Bahkan
malah ada yang lengkap
dengan dua bentuk itu; mempertontonkan dan menonjolkan aurat. Belum lagi
kejahilan ini secara otomatis dilengkapi dengan tingkah laku yang -kata mereka- selaras
dengan mode pakaian itu. Na’udzubillahi min dzalik.
Hadirin,
marilah kita takut pada ancaman akhirat dalam masalah ini. Tentu kita tidak
ingin ada dari keluarga kita yang disiksa di Neraka. Ingatlah, Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam pernah bersabda:
ุตَِْููุงِู ู
ِْู ุฃَِْูู ุงَّููุงุฑِ َูู
ْ ุฃَุฑَُูู
َุง؛ َْููู
ٌ ู
َุนَُูู
ْ
ุณَِูุงุทٌ َูุฃَุฐَْูุงุจِ ุงْูุจََูุฑِ َูุถْุฑِุจَُْูู ุจَِูุง ุงَّููุงุณَ، َِููุณَุงุกٌ َูุงุณَِูุงุชٌ
ุนَุงุฑَِูุงุชٌ ู
ُู
ِْููุงَุชٌ ู
َุงุฆِูุงَุชٌ ุฑُุคُْูุณَُُّูู َูุฃَุณِْูู
َุฉِ ุงْูุจُุฎْุชِ ุงْูู
َุงุฆَِูุฉِ
ูุงَ َูุฏْุฎَُْูู ุงْูุฌََّูุฉَ َููุงَ َูุฌِุฏَْู ุฑِْูุญََูุง، َูุฅَِّู ุฑِْูุญََูุง َูุชُْูุฌَุฏُ
ู
ِْู ู
َุณِْูุฑَุฉِ َูุฐَุง ََููุฐَุง. (ุฑูุงู ู
ุณูู
ุนู ุฃุจู ูุฑูุฑุฉ، ุตุญูุญ).
Artinya:
“Dua golongan ahli Neraka yang aku belum melihat mereka (di masaku ini)
yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli manusia
dengan cambuk itu. (Yang kedua ialah) kaum wanita yang berpakaian (tapi
kenyataan-nya) telanjang (karena mengekspose aurat), jalannya
berlenggak-lenggok (berpenampilan menggoda), kepala mereka seolah-olah punuk
unta yang bergoyang. Mereka itu tak akan masuk Surga bahkan tak mendapatkan
baunya, padahal baunya Surga itu tercium dari jarak sedemikian jauh”. (HR.
Muslim, dari Abu Hurairah z, shahih).
Jika tasyabbuh dari aspek busana wanita saja sudah sangat memporak-porandakan
kepribadian umat, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tinggal diam. Sebab di
luar sana sudah nyaris seluruh aspek kehidupan umat bertasyabbuh kepada
orang-orang kafir yang jelas-jelas bergaya hidup jahili.
Nah, hadirin rahimakumullah
Sebagai penutup khutbah ini saya mengajak kepada kita semua untuk
memperhatikan, merenungi dan mentaati sebuah firman Allah yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. (QS. At-Tahrim: 6).
ุจَุงุฑََู ุงُููู ِْูู ََُูููู
ْ ِูู ุงُْููุฑْุขِู ุงْูุนَุธِْูู
ِ، َََูููุนَِْูู
َูุฅَِّูุงُูู
ْ ุจِู
َุง ِِْููู ู
َِู ุงْูุขَูุงุชِ َูุงูุฐِّْูุฑِ ุงْูุญَِْููู
ِ. ุฃَُُْููู َِْْูููู
َูุฐَุง َูุฃَุณْุชَุบِْูุฑُ ุงَููู ุงْูุนَุธِْูู
َ ِْูู ََُูููู
ْ.
Khutbah Kedua
ุฅَِّู ุงْูุญَู
ْุฏَ َِِّููู َูุญْู
َุฏُُู ََููุณْุชَุนُُِْููู ََููุณْุชَุบِْูุฑُْู
ََููุนُูุฐُ ุจِุงِููู ู
ِْู ุดُุฑُْูุฑِ ุฃَُْููุณَِูุง َูู
ِْู ุณَِّูุฆَุงุชِ ุฃَุนْู
َุงَِููุง، ู
َْู
َْููุฏِِู ุงُููู َููุงَ ู
ُุถَِّู َُูู َูู
َْู ُูุถِْْูู َููุงَ َูุงุฏَِู َُูู. ุฃَุดَْูุฏُ ุฃَْู
ูุงَ ุฅََِูู ุฅِูุงَّ ุงُููู َูุญْุฏَُู ูุงَ ุดَุฑَِْูู َُูู َูุฃَุดَْูุฏُ ุฃََّู ู
ُุญَู
َّุฏًุง ุนَุจْุฏُُู
َูุฑَุณُُُْููู ุตََّูู ุงُููู ุนََูู َูุจَِِّููุง ู
ُุญَู
َّุฏٍ َูุนََูู ุขِِูู َูุฃَุตْุญَุงุจِِู
َูุณََّูู
َ ุชَุณِْْููู
ًุง َูุซِْูุฑًุง. َูุงَู ุชَุนَุงَูู: َูุง ุฃَُّููุงَ ุงَّูุฐَِْูู ุกَุงู
َُููุง
ุงุชَُّููุง ุงَููู ุญََّู ุชَُูุงุชِِู َููุงَ ุชَู
ُْูุชَُّู ุฅِูุงَّ َูุฃَูุชُู
ْ ู
ُّุณِْูู
َُْูู.
َูุงَู ุชَุนَุงَูู: {َูู
َู َูุชَِّู ุงَููู َูุฌْุนَู َُّูู ู
َุฎْุฑَุฌًุง} ََููุงَู: {َูู
َู َูุชَِّู
ุงَููู َُِّูููุฑْ ุนَُْูู ุณَِّูุฆَุงุชِِู َُููุนْุธِู
ْ َُูู ุฃَุฌْุฑًุง}
ุซُู
َّ ุงุนَْูู
ُْูุง َูุฅَِّู ุงَููู ุฃَู
َุฑَُูู
ْ ุจِุงูุตَّูุงَุฉِ َูุงูุณَّูุงَู
ِ
ุนََูู ุฑَุณُِِْููู ََููุงَู: {ุฅَِّู ุงَููู َูู
َูุงَุฆَِูุชَُู ُูุตََُّْููู ุนََูู ุงَّููุจِِّู،
َูุง ุฃَُّููุงَ ุงَّูุฐَِْูู ุกَุงู
َُْููุง ุตَُّْููุง ุนََِْููู َูุณَِّูู
ُْูุง ุชَุณِْْููู
ًุง}.
ุงََُّูููู
َّ ุตَِّู ุนََูู ู
ُุญَู
َّุฏٍ َูุนََูู ุขِู ู
ُุญَู
َّุฏٍ َูู
َุง
ุตََّْููุชَ ุนََูู ุฅِุจْุฑَุงِْููู
َ َูุนََูู ุขِู ุฅِุจْุฑَุงِْููู
َ، ุฅََِّูู ุญَู
ِْูุฏٌ ู
َุฌِْูุฏٌ.
َูุจَุงุฑِْู ุนََูู ู
ُุญَู
َّุฏٍ َูุนََูู ุขِู ู
ُุญَู
َّุฏٍ َูู
َุง ุจَุงุฑَْูุชَ ุนََูู ุฅِุจْุฑَุงِْููู
َ
َูุนََูู ุขِู ุฅِุจْุฑَุงِْููู
َ، ุฅََِّูู ุญَู
ِْูุฏٌ ู
َุฌِْูุฏٌ. ุงََُّูููู
َّ ุงุบِْูุฑْ ِْููู
ُุณِْูู
َِْูู
َูุงْูู
ُุณِْูู
َุงุชِ، َูุงْูู
ُุคْู
َِِْููู َูุงْูู
ُุคْู
َِูุงุชِ ุงْูุฃَุญَْูุงุกِ ู
ُِْููู
ْ َูุงْูุฃَู
َْูุงุชِ،
ุฅََِّูู ุณَู
ِْูุนٌ َูุฑِْูุจٌ. ุงََُّูููู
َّ ุฃَุฑَِูุง ุงْูุญََّู ุญًَّูุง َูุงุฑْุฒَُْููุง ุงุชِّุจَุงุนَُู،
َูุฃَุฑَِูุง ุงْูุจَุงุทَِู ุจุงَุทِูุงً َูุงุฑْุฒَُْููุง ุงุฌْุชَِูุงุจَُู. ุฑَุจََّูุง ุขุชَِูุง ِูู ุงูุฏَُّْููุง
ุญَุณََูุฉً َِููู ุงูุขุฎِุฑَุฉِ ุญَุณََูุฉً ََِูููุง ุนَุฐَุงุจَ ุงَّููุงุฑِ. ุฑَุจََّูุง َูุจْ ََููุง
ู
ِْู ุฃَุฒَْูุงุฌَِูุง َูุฐُุฑَِّّูุงุชَِูุง ُูุฑَّุฉَ ุฃَุนٍُْูู َูุงุฌْุนََْููุง ِْููู
ُุชََِّููู
ุฅِู
َุงู
ًุง. ุณُุจْุญَุงَู ุฑَุจَِّู ุฑَุจِّ ุงْูุนِุฒَّุฉِ ุนَู
َّุง َูุตَُِْููู، َูุณَูุงَู
ٌ ุนََูู
ุงْูู
ُุฑْุณََِْููู َูุงْูุญَู
ْุฏُ َِِّููู ุฑَุจِّ ุงْูุนَุงَูู
َِْูู.
َูุตََّูู ุงُููู ุนََูู ู
ُุญَู
َّุฏٍ َูุนََูู ุขِِูู َูุตَุญْุจِِู َูุณََّูู
َ.
َูุฃَِูู
ِ ุงูุตَّูุงَุฉَ.